Mohon tunggu...
Hennie Engglina
Hennie Engglina Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar Hidup

HEP

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Saya Tidak Lagi Punya Messenger, Kawan

9 November 2019   20:47 Diperbarui: 10 November 2019   06:14 1341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi aplikasi Messenger Facebook| Sumber: techonologue.id

X boleh tetap ada di hidup saya. Kami tetap berteman. Dia boleh menelepon saya. Dia boleh mengirim pesan kepada saya. Akan tetapi, dia bukan lagi bagian dari hidup saya. 

Dia tidak punya hak apa pun lagi terhadap saya dan saya tidak punya "kewajiban" apa pun lagi kepadanya.

Setiap orang punya pemikirannya sendiri terhadap apa saja yang hendak dijadikan bagian di hidupnya dengan kesadaran bahwa pada saat kita menjadikan sesuatu bagian dari hidup kita, maka ada konsekuensi di situ, yakni ada yang diambil dari diri kita pula untuk hal itu, paling minimal adalah perhatian. 

Contoh: saya mengambil seekor kucing di jalanan untuk saya pelihara, maka itu berarti saya menjadikan kucing itu bagian dari hidup saya.

Ketika saya menjadikan kucing itu bagian dari hidup saya, maka ada yang diambil dari hidup saya untuk dia, yakni perhatian. Saya harus memberi makan dia setiap hari dan lainnya yang berhubungan dengan dia.

Demikian pula dengan media sosial. Menjadikan media sosial bagian dari hidup membuat diri seolah wajib hadir di media sosial. Membuat status, membalas komentar, membaca aneka postingan, memberi komentar, membalas percakapan, dan lainnya.

Makin kuat arti media sosial itu bagi kita, makin besar pula perhatian diambil dari kita untuknya. Waktu pun tersita di situ.

Lambat laun tanpa sadar banyak orang telah lebih berdomisili di media sosial daripada di kehidupan nyata. 

Perhatiannya terhadap media sosial menjadi lebih kuat daripada terhadap lingkungan hidupnya yang bukan maya tetapi nyata. Badan di dunia nyata, pikiran di alam maya.

Bahkan, tidak sedikit orang yang menjadikan media sosial tempat curhatan persoalan pribadi. Dulu, rasanya malu sekali masalah pribadi diketahui orang banyak. Namun sekarang, apa yang dianggap aib malah dipublikasikan.

Masalah dengan kekasih, saudara, teman, rumah tangga, dan lainnya diumbar di media sosial bahkan media sosial juga menjadi tempat "berkelahi". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun