Mohon tunggu...
Hennie Engglina
Hennie Engglina Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar Hidup

HEP

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memberi Makan Semut

21 Maret 2019   19:12 Diperbarui: 6 Mei 2021   21:53 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mereka ini kakak adik angkat. Maaf, tak tampak wajahnya. Malu, katanya. Gegara saya pernah shared kelakukan mereka pada artikel Antipikun dan Antistres. Mereka tak mau lagi menunjukkan wajahnya. Kira-kira begitu.

dokpri
dokpri
Yang warna putih (kiri) saya temukan di pinggir jalan saat hujan deras. Ketika itu umurnya sepertinya belum cukup dua bulan. Ia duduk meringkuk di atas tumpukan batako di depan toko bangunan.

Yang warna candramawa (hitam putih - kanan) saya temukan di tengah jalan raya. Ia berdiam diri di tengah jalan sementara kendaraan lalu-lalang. Seperti pasrah. Usianya saat itu kira-kira sebulan. Masih sangat kecil. Mereka berdua menjadi anak-anak saya.

Namun, sekarang mereka bukan lagi anak-anak, tetapi ibu-ibu. Yang kakak sudah memberi dua cucu. Yang adik memberi lima cucu. Mereka melahirkan berselang satu minggu. Jadi, dalam kurun waktu kurang lebih sepuluh hari ini saja, saya sudah memiliki tujuh cucu!

Tempat makan mereka di area dapur. Ketika mereka makan, remah-remah makanan mereka jatuh ke lantai dan saya biarkan untuk beberapa waktu. Mengapa? Untuk memberi makan semut.

dokpri
dokpri
Awalnya, saya tidak memerhatikan. Lama-lama, barulah saya menaruh perhatian kepada laskar semut yang akan muncul setelah mereka makan. Semut-semut itu mendekati remah-remah ikan yang terjatuh di lantai.

Berbondong-bondong mereka memikul bongkahan ikan yang terlihat raksasa bagi mereka, pastinya. Kadang-kadang, saya membantu dengan membuat remah ikan itu menjadi kecil-kecil agar mereka tidak berat memikulnya.

Mereka tampak sangat sibuk. Area tempat makan itu tidak saya bersihkan sampai semut-semut itu tak tampak lagi dan remah-remah itu sudah berhasil mereka bawa ke sarang mereka guna persediaan makanan di musim dingin.

Kalau kehadiran semut-semut itu tidaklah membahayakan, mengapa harus disakiti? Mereka pun tidak hendak menyakiti kita. Mereka hanya sedang mencari makanan. Mereka butuh makanan untuk disimpan sehingga di masa mereka tidak keluar dari sarang, mereka tidak kelaparan.

Kalau boleh, ijinkanlah mereka mengambil remah-remah makanan yang jatuh ke lantai. Toh mereka hanya mengambil yang sudah di lantai bukan mengambilnya dari piring makan kita. Mereka hanya butuh makan seperti kita juga butuh makan. 

Mereka dan hewan peliharaan lainnya memang tidak tahu membalas budi, tetapi mereka mengajari kita mengasihi dengan tulus. Mengasihi tanpa mengharapkan balasan.

Mereka seolah tidak memberikan apa-apa kepada kita, padahal mereka sedang mengajari kita bagaimana memiliki surga.

Salam. HEP.-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun