Mereka ini kakak adik angkat. Maaf, tak tampak wajahnya. Malu, katanya. Gegara saya pernah shared kelakukan mereka pada artikel Antipikun dan Antistres. Mereka tak mau lagi menunjukkan wajahnya. Kira-kira begitu.
Yang warna candramawa (hitam putih - kanan) saya temukan di tengah jalan raya. Ia berdiam diri di tengah jalan sementara kendaraan lalu-lalang. Seperti pasrah. Usianya saat itu kira-kira sebulan. Masih sangat kecil. Mereka berdua menjadi anak-anak saya.
Namun, sekarang mereka bukan lagi anak-anak, tetapi ibu-ibu. Yang kakak sudah memberi dua cucu. Yang adik memberi lima cucu. Mereka melahirkan berselang satu minggu. Jadi, dalam kurun waktu kurang lebih sepuluh hari ini saja, saya sudah memiliki tujuh cucu!
Tempat makan mereka di area dapur. Ketika mereka makan, remah-remah makanan mereka jatuh ke lantai dan saya biarkan untuk beberapa waktu. Mengapa? Untuk memberi makan semut.
Berbondong-bondong mereka memikul bongkahan ikan yang terlihat raksasa bagi mereka, pastinya. Kadang-kadang, saya membantu dengan membuat remah ikan itu menjadi kecil-kecil agar mereka tidak berat memikulnya.
Mereka tampak sangat sibuk. Area tempat makan itu tidak saya bersihkan sampai semut-semut itu tak tampak lagi dan remah-remah itu sudah berhasil mereka bawa ke sarang mereka guna persediaan makanan di musim dingin.
Kalau kehadiran semut-semut itu tidaklah membahayakan, mengapa harus disakiti? Mereka pun tidak hendak menyakiti kita. Mereka hanya sedang mencari makanan. Mereka butuh makanan untuk disimpan sehingga di masa mereka tidak keluar dari sarang, mereka tidak kelaparan.
Kalau boleh, ijinkanlah mereka mengambil remah-remah makanan yang jatuh ke lantai. Toh mereka hanya mengambil yang sudah di lantai bukan mengambilnya dari piring makan kita. Mereka hanya butuh makan seperti kita juga butuh makan.Â
Mereka dan hewan peliharaan lainnya memang tidak tahu membalas budi, tetapi mereka mengajari kita mengasihi dengan tulus. Mengasihi tanpa mengharapkan balasan.
Mereka seolah tidak memberikan apa-apa kepada kita, padahal mereka sedang mengajari kita bagaimana memiliki surga.
Salam. HEP.-