Mohon tunggu...
Hennie Engglina
Hennie Engglina Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar Hidup

HEP

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Hikmah Isu Kiamat di Panas Politik

15 Maret 2019   21:41 Diperbarui: 17 Maret 2019   10:41 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar: getwallpapers.com

"Minoy, siapkan diri! Pada waktu saya tetapkan, kamu harus segera berangkat ke Eropa!"

Andai saja Minoy memberi perhatian terhadap penyampaian itu, maka pastilah Minoy sudah menyiapkan segala yang diperlukan sehingga kapan pun waktu berangkat tiba, ia telah siap.

Akan tetapi, Minoy tidak menyiapkan dirinya sehingga ketika Qadesh, bosnya, memerintahkan ia segera berangkat, Minoy panik. Paspor, visa, dan lainnya belum diurus. Demikianlah juga, bila kita tidak siap akan hari kiamat. Panik.

Hari kiamat bukan hoaks. Itu akan terjadi. Hanya saja, waktunya tidak ada yang tahu. Sama seperti manusia tidak ada yang tahu waktu kematiannya, tetapi itu pasti terjadi. Hari kiamat tiba seperti kedatangan pencuri yang tidak menyampaikan kapan ia akan mencuri.

Bisa saja terjadi malam ini, besok, tujuh bulan lagi, sepuluh tahun lagi. Waktunya tidak ada yang tahu, tetapi berjaga-jaga untuk itu kita tahu, bukan? Karena hal itu sudah diberitahukan kepada kita, maka kita tahu, bahwa kita harus bersiap sedia.

Lalu, mengapa panik? Harus kita akui, bahwa pada umumnya kita tidak bersiap sedia untuk hari kiamat itu. Kita tidak menyiapkan diri bila hari itu tiba.

Perhatian kita berpusat pada dunia. Kita mengejar apa yang menjadi pencapaian kita di dunia ini sehingga kita seolah lupa, bahwa dunia hanya perjalanan bukan tujuan akhir kehidupan kita.

Adalah menarik buat saya, bahwa isu kiamat versi rekayasa manusia menyeruak di tengah panasnya suhu politik di tahun Pemilu 2019 ini. Kebetulan? Apakah ada yang kebetulan bagi Tuhan?

Tidak ada yang kebetulan bagi Dia. Selalu ada pesan yang harus kita cari mengerti pada setiap perkara yang terjadi di bawah kolong langit ini. Di tengah percakapan negatif tentang hal ini, ada hal positif yang mengingatkan kita akan Dia.

Isu kiamat ini menegur kita, bahwa kursi-kursi kedudukan yang diperebutkan itu adalah kekuasaan duniawi semata. Untuk apa saling membenci, saling menjatuhkan, saling menghinakan, saling merendahkan, saling menghujat, dan sebagainya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun