Mohon tunggu...
Hennie Engglina
Hennie Engglina Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar Hidup

HEP

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ucapkan Hal yang Positif

22 Oktober 2018   06:21 Diperbarui: 29 Januari 2019   03:11 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
r3.cpapracticeadvisor

Pernahkah Anda memerhatikan kata-kata sambutan yang diucapkan di hari pemakaman seseorang? Rerata isi kata sambutan itu menyampaikan tentang hal-hal baik dari almarhum/ah. Tidak lagi disebutkan hal-hal buruk yang diketahui tentangnya.

Menarik, bahwa hal buruk lebih dilihat pada saat hidup dan hal baik bisa dilihat ketika sudah mati. Pada saat manusia hidup, hal buruk pada dirinya bagaikan cahaya yang menyilaukan mata. Ketika ia mati, kebaikannya bagaikan cahaya lilin di tengah kegelapan.

Kebaikan sekecil apapun menjadi begitu berarti ketika orangnya sudah tidak ada. Ketika orangnya masih ada, keburukan sekecil pasir jelas terlihat. 

Hal yang sama dirasakan ketika suami istri yang seringkali cekcok saat bersama. Ketika salah satu pergi meninggalkan, barulah hal baik darinya dilihat bahkan dirindukan. Apalagi bila ditinggal mati, semua kebaikannya seakan baru bisa dirasakan.

Demikian juga, terkadang puisi nan indah dibacakan anak-anak dengan berderai air mata di hadapan jasad ayah/ibu, namun kata-kata indah itu tidak pernah didengar orangtuanya pada saat mereka masih hidup.

Ketika seseorang telah terbujur kaku, segala hal baik tentangnya terucap, bahkan seorang penjahat pun jadi punya baik di hari pemakamannya.

Pertanyaannya adalah apakah kebaikan-kebaikan itu juga disampaikan ketika orangnya masih ada? 

Mengapa itu tidak disampaikan pada saat ia masih hidup? Mengapa hal-hal baik tentang seseorang lebih bisa diucapkan justru ketika telinganya tidak lagi dapat mendengar semua itu? Apa artinya lagi untuk hidupnya? Itu tidak lagi dapat mengubah hidupnya menjadi lebih baik.

Perkataan-perkataan positif memiliki kekuatan besar untuk hal yang positif pula. Perkataan positif mengarahkan hidup manusia ke arah yang lebih baik. 

Perkataan-perkaatan positif memberi arti bagi hidup manusia, bahwa manusia tidak hanya ada dengan segala yang buruk di dirinya, tetapi juga ada dengan apa yang baik pada dirinya.

Orangtua harusnya mendengar kata-kata positif yang menyejukkan hati. Bukannya umpatan, apalagi kata-kata kasar yang melukai hati dan berubah menjadi puisi indah saat mereka telah membeku.

Isteri yang kesal terhadap kelakuan suami cenderung hanya menyebutkan keburukan-keburukan suami untuk didengar suami. Kekesalan orangtua terhadap kelakuan anak membuat orangtua terus menyebutkan hal-hal buruk tentang anak untuk diketahui oleh anak.

Dengan demikian, setiap hari hanya hal-hal buruk saja yang terdengar. Kehidupan yang sudah serba negatif diisi dengan pikiran dan lisan yang negatif, lengkaplah sudah. Perubahan yang diharapkan tak kunjung menghampiri malah makin jauh. 

Manusia tidak hanya perlu disadarkan akan keburukannya, tetapi manusia juga membutuhkan pengakuan bahwa ia juga punya hal yang baik pada dirinya.

Seyogianya kita tidak hanya mengharapkan perubahan positif pada orang lain tetapi juga mengucapkan hal positif tentang dirinya.

Misalnya, sebagai orangtua, gantilah juga menu marah yang setiap hari diberikan kepada anak. Amati sifat-sifat baik dan mulia pada diri anak dan katakanlah kepadanya bahwa ia memiliki itu. Misalnya, ia anak yang sabar, tekun, setia, penyayang, menghormati orang yang lebih tua, murah hati, bisa dipercaya, dsb.

Intinya, hal yang bersifat karakter atau kepribadian yang positif, sampaikanlah kepadanya bahwa ia memiliki itu, bahwa pada dasarnya ia adalah anak baik.

Hindari membandingkan sifat buruk anak dengan menyebutkan sifat baik saudaranya atau anak lain. Misalnya, "Kamu harusnya mencontohi adikmu". Atau, "Lihat, anak Pak RT itu tidak seperti kamu!"

Makin disebutkan saudaranya lebih baik dari dia, makin tidak suka dia untuk menjadi seperti saudaranya itu. Apalagi untuk suami istri. Istri memuji suami orang lain atau menyebut laki-laki lain lebih baik bisa membuat suami makin tidak perduli.

Berharap isteri/suami berubah dengan setiap hari menyebutkan hanya keburukan-keburukannya itu bisa membuat isteri/suami menyimpul rasa bahwa ia sudah tidak ada arti apa-apa lagi.

Bila masih mengharapkan sebuah perubahan baik, sebaiknya jangan hanya menyebut keburukan. Mulailah hari ini menyebutkan hal-hal positif tentang diri pasangan. Tidak mungkin tidak ada. Pasti ada. Temukanlah itu.

Ini bukan kunci perubahan hidup seseorang, namun menyebutkan apa yang baik di diri seseorang adalah salah satu terapi psikis yang mendorong hal-hal positif di dalam diri manusia menjadi lebih kuat dari hal-hal negatif di dirinya.

Kebaikan pada diri seseorang bukan untuk disimpan sebagai kenangan, tetapi patut diakui dan diketahui pada saat ia masih punya kesempatan memperbaiki hidupnya.

Karena perkataan-perkataan positif yang memberi harapan dan semangat memiliki kekuatan yang lebih besar mengubah kehidupan menjadi lebih baik. 

Salam. HEP.-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun