Kesabaran tidak menjanjikan manusia luput dari kesalahan. Kesabaran mencegah kesalahan itu menjadi kesalahan yang besar. Walau manusia tak pernah tahu itu, karena kesabaran telah mencegahnya.
Kesabaran tidak pernah gagal mengerjakan yang baik bagi manusia meskipun manusia gagal melihat kebaikannya.
Kesabaran terus saja bekerja menghasilkan kebaikan demi kebaikan bagi manusia yang memilikinya karena untuk itulah ia ada, yakni untuk kebaikan manusia di dunia dan di akhiratnya.
Kesabaran berasal dari kebaikan, kebaikan hati Sang Maha Pencipta. Tak heran dunia tak suka kesabaran.
Dunia mempertemukan kebaikan dan kejahatan, mengadu keberuntungan dan ketidakberuntungan, menaruh kegagalan pada kesuksesan, menabur keputusasaan pada asa, menukar senyuman dengan air mata, mengganti sukacita dengan dukacita.
Tanpa kesabaran, kejahatan menang atas kebaikan. Tanpa kesabaran, ketidakberuntungan menghujat keberuntungan. Tanpa kesabaran, kegagalan menjegal kesuksesan. Tanpa kesabaran, keputusasaan membunuh asa. Tanpa kesabaran, air mata membenci senyuman. Tanpa kesabaran, dukacita mengubur sukacita.
Tidak cukup dengan itu, dunia pun memainkan ruang dan waktu. Dunia memberi dirinya dalam genggaman tangan manusia. Dunia memberi kecepatan bagi percepatan sehingga manusia tak perlu harus menunggu. Dunia telah berhasil menukar banyak kesabaran ganti surga-Nya.
Namun, itu bukan kita. Kita adalah pribadi ber-Tuhan dan bangsa ber-Tuhan. Waktu kita bukan waktu dunia. Waktu kita adalah waktu Tuhan.
Dan, Tuhan punya waktu-Nya sendiri. Waktu yang harus direngkuh dengan perjuangan dan ditempuh dengan kesabaran.Â
"Kita mungkin telah kehilangan kesabaran, tapi kita belum kehilangan waktu untuk bersabar."
Salam. HEP.-