Mohon tunggu...
Ummu Hanik
Ummu Hanik Mohon Tunggu... Administrasi - Administrator clothing

Hanya seseorang yang ingin berbagi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pangeran ke-8 (Fan Fiction Part 2 Drama Korea Moon Lovers: Scarlet Heart Ryeo)

10 Juli 2022   02:17 Diperbarui: 11 Juli 2022   18:12 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
original photo : @kanghaneul_sky_ (edit on canva)

Ha-Jin meneguk teh hijau nya sesaat setelah ia membersihkan diri dan membuat sarapan. Jam dinding kamarnya masih menunjukkan pukul delapan, tapi dia sudah bersiap-siap untuk menemui editor baru terkait dengan rencana penerbitan novel keduanya. Satu jam lagi mereka akan bertemu di kantor penerbit. Ya, dia sudah menyelesaikan novel yang ia kerjakan dalam waktu tiga bulan setelah dua minggu cuti menulis.


Sampai di kantor penerbit, seorang perempuan mengantar Ha-Jin ke sebuah ruangan. Perempuan itu bilang kalau editor yang akan bekerja sama dengannya ada di ruangan tersebut. Saat masuk ke ruangan yang dimaksud, Ha-Jin mematung melihat seseorang yang ada di hadapannya.


"Ha-Jin Ssi?" tanya pria yang kini tengah bingung mengapa Ha-Jin mematung melihatnya.
"Maafkan saya tidak mendengar Anda," ujar Ha-Jin.
"Tidak apa-apa. Saya Wang Wook, editor baru Anda," ujar si pria yang tersenyum manis ke arah Ha-Jin.
"Saya Ha-Jin, mohon kerja samanya," sahut Ha-Jin.


Beberapa menit kemudian, mereka mulai sibuk membicarakan tentang novel baru Ha-Jin. Dua jam kemudian, Ha-Jin pamit undur diri. Mereka berdua sudah menyelesaikan pekerjaan hari ini.


Setelah dari kantor penerbit, Ha-Jin mampir ke toko buku. Ada buku yang ingin dia baca. Setelah mendapatkan apa yang dia cari, ia pergi ke restoran langganan untuk makan siang. Bibimbap menjadi menu pilihan hari ini. Saat menunggu pesanan datang, tiba-tiba ...


"Ha-Jin Ssi?" Sebuah suara membuat Ha-Jin mengalihkan perhatian dari ponselnya.
"Wang Wook Ssi? Anda makan di sini?" tanyanya. Wang Wook mengangguk.
"Boleh saya bergabung dengan Anda?" tanya Wang Wook.
"Silakan," sahut Ha-Jin.
"Saya minta rekomendasi restoran yang enak. Teman-teman di kantor menyarankan tempat ini," ujar Wang Wook.
"Ya, benar. Saya sering ke tempat ini,"
"Ah, begitu rupanya. Kalau begitu bisakah Anda merekomendasikan menu yang enak?"
"Bibimbap di sini sangat enak." Ha-Jin menaikkan dua jempolnya.
Akhirnya, Wang Wook pun mengikuti saran Ha-Jin. Mereka berdua menikmati makan siang sambil ngobrol di luar pekerjaan.


Setelah selesai makan, Wang Wook pamit untuk kembali ke kantor, Ha-Jin mempersilakan. Awalnya Wang Wook menawarkan diri untuk mengantar, tapi Ha-Jin menolak karena tempat yang ia tuju berlawanan arah dengan kantor Wang Wook, Ha-Jin tidak mau merepotkan. Sudah cukup dia menerima kebaikan Wang Wook yang menraktir makan siangnya tadi.


"Maaf, bolehkah saya bertanya?" tanya Wang Wook ketika ia tidak jadi memasuki mobilnya.
"Ya?" sahut Ha-Jin.
"Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Entah, saya merasa kalau kita pernah bertemu," tanya Wang Wook penasaran.
"Tidak, kita belum pernah bertemu," sahut Ha-Jin dengan nada yang dibuat senatural mungkin.
Wang Wook mengangguk-anggukan kepala kemudian pamit dan masuk ke dalam mobil. Sementara Ha-Jin mengelus dadanya lega. 

Sebenarnya ia ingin memberitahu kalau mereka pernah bertemu di masa lalu, tapi tidak mungkin. Wang Wook saja tidak mengingat siapa dia, buktinya Wang Wook hanya tahu kalau dia adalah Ha-Jin, bukan Hae Soo. Ha-Jin memutuskan kembali ke apartemennya, pertemuan dengan Wang Wook kali ini cukup membuat jantungnya berdegup lebih kencang. Dia juga tidak menyangka kalau akan bertemu dengan Wang Wook, orang yang mirip dengan pangeran kedelapan, namanya pun sama, setelah sebelumnya bertemu dengan Wang Eun. 

Memikirkan tentang itu semua membuat Ha-Jin ingin segera sampai di apartemen dan merebahkan diri. Malam nanti dia harus merevisi novelnya sebelum lusa diserahkan kembali pada Wang Wook.
"Setelah ini aku akan bertemu pangeran keberapa lagi?" tanya Ha-Jin dalam hati.

Bersambung .....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun