Selain kegiatan wajib mengaji, saya memperkenalkan kepada dia beberapa kegiatan di luar pembelajaran sekolah seperti menari dan bela diri serta catur ketika dia berada di bangku SD.Â
Apa dia tidak terlalu kecapekan melakukan semua kegiatan ini? Tentu saja, orangtua hendaknya mengatur jadwal agar tidak terjadi bentrok pada waktu yang bersamaan.
Kegiatan anak yang bervariasi justru membuatnya tidak lekas bosan. Agar tidak pula menjadi beban, saya tidak menekankan kepada dia agar menjadi yang terdepan dalam segala hal.Â
Saya masih ingat, sebulan setelah anak saya mengikuti les catur, saya mengikutkannya ke dalam satu kompetisi.Â
Tadinya sewaktu berangkat, saya mengatakan kalau lomba catur ini tidak berlangsung lama. Jadi setelah selesai, bisa dilanjutkan dengan kegiatan berenang.Â
Tanpa disangka, ternyata kompetisi catur memerlukan waktu yang sangat lama bahkan seharian penuh.Â
Setelah tiga babak berjalan dan kalah semua, anak saya mulai rewel ingin pulang. Mungkin dia sudah bosan dan lelah.
Pengalaman yang paling membekas dalam hati saya saat itu, ada orangtua dari peserta lain yang mengatakan di depan orang banyak bahwa anak saya tidak memiliki bakat dalam bidang catur.Â
Keesokan harinya, seakan menjawab pertanyaan saya, Allah memberikan kebahagiaan kepada saya. Anak saya mendapat juara 3 pada klub menari semester ini.Â
Dari pertandingan catur kemarin itu, saya mengenal pelatih yang lebih mumpuni dari sebelumnya. Saya mengantarkan anak perempuan saya berlatih dan mengikuti pertandingan. Hingga terakhir, dia mendapat kesempatan mengikuti Kejurprov di Madura. Saat itu, dia duduk di bangku kelas 5 SD.Â