"Iya, Bu. Capek beres-beres pindahan barang ke kantor baru masih belum kelar juga. " Sesekali tampak Rainan menguap dan matanya terlihat merah karena kantuk.Â
Beberapa hari ini, tengkuknya sering terasa berat. Sepulang dari kerja, dia selalu merasa ingin segera tidur saja.
"Bu, kenapa ya, akhir-akhir ini kepalaku terasa berat. Kalau di rumah, aku ingin selalu tidur saja," keluhnya sambil memegang kepala.
Rainan merasa nyaman jika sudah berbincang dengan ibu. Baginya, beliau bukan hanya sebagai ibu tetapi juga teman berbicara tentang apa saja.
Malam inipun, Rainan bercerita tentang kejadian tadi siang yang menimpa salah satu siswanya. "Tiba-tiba dia berteriak dengan matanya yang merah melotot ke sudut tembok. Setelah beberapa lama, diapun pingsan."
Sehari sebelumnya, Rainan juga mengalami hal yang ganjil. Saat itu dia sedang memimpin salat Zuhur berjamaah dengan salah satu teman kerjanya.Â
Selesai mengangkat kedua tangan sambil mengucapkan takbir, tiba-tiba dia merasakan telinganya berdengung. Semakin lama semakin kuat bunyi dengungan itu.
Perlahan-lahan, Rainan merasakan seolah ada sesuatu yang semakin naik dan naik di dalam dadanya. Tanpa menunggu lama, diapun membatalkan salat dan mengajak temannya untuk berpindah ke Musola yang tidak jauh dari gedung sekolah.Â
"Nak, sesungguhnya berwudhu itu akan melindungi kamu dari najis atau kotoran. Bukan hanya secara fisik, namun juga secara hati, " jelas ibu.
"Muridmu yang satu kesurupan dalam kondisi sedang haid, dan yang lainnya dalam keadaan patah hati diputuskan pacar. Keduanya sedang tidak dalam keadaan yang bersih (suci), baik secara fisik maupun hati."
"Tapi Bu, mengapa akupun hampir mengalami seperti mereka?" tanya Rainan keheranan.Â