Gerai rambut yang lurus jatuh ke sebagian wajah
Masih dengan jari-jari lentik yang memetik dawai gitar di bawah langit senja kala itu
Ini tembang persembahan untuk ibuku yang terbujur menahan rintih pagi tadi
Masih dengan senandung yang sama
Jangan jual harga diriku demi seteguk air penghilang dahaga yang sesaat
Biarkan kebaya biru dan selendang putih tersibak terkena angin yang datang
Dentingan suara sumbang tak akan menyurutkan langkah meski terasa pelan
Dunia haruslah dalam genggaman
Dialah Ruhina
Sekuntum bunga harum yang senantiasa menjadi pujaan di antara sekian banyak si kumbang jantan
Dan, nyanyian senja itu masih tetap terdengar
Walau binatang malam sudah mulai datang