Mohon tunggu...
Heni Pristianingsih
Heni Pristianingsih Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Mencari inspirasi hidup melalui kisah dan pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Menumbuhkan Kejujuran Anak dalam Beribadah di Bulan Ramadan

2 Mei 2021   15:29 Diperbarui: 2 Mei 2021   15:38 2195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto : tempo. co

Kita sering mendengar pernyataan bahwa sekarang ini negara memiliki banyak orang pintar namun kekurangan orang jujur. Ramadan bisa dijadikan momen yang tepat untuk melatih kejujuran anak dalam menjalankan ibadah.

Sebagaimana kita tahu, lembaga pendidikan pertama yang berperan dalam penanaman kejujuran pada anak yaitu keluarga. Dalam kaitannya dengan hal tersebut maka peran orang tua sebagai menjadi fasilitator dan motivator bagi putra-putrinya agar senantiasa bersikap jujur sangatlah penting.

Perintah agar bersikap jujur juga disebutkan dalam QS. At-Taubah ayat 119 yang artinya, "Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada ALLAH dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar (jujur)." Pada HR. Tirmidzi no.2518 dan Ahmad 1/200 juga dijelaskan yang artinya,"Tinggalkanlah yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa."

Ibadah puasa, salat, dan bersedekah yang dilakukan pada bulan puasa Ramadan hendaknya dapat dijalankan oleh putra-putri kita secara jujur dan bertanggung-jawab. 

Bagaimana cara kita mengetahui bahwa anak dapat melakukan ibadah dengan cara yang jujur dan penuh kesadaran ? 

Suatu ketika mungkin kita pernah mendapati anak yang dengan sengaja meminum air putih di siang hari secara diam-diam. Ketika ketahuan, anak tersebut menjawab dengan kata " lupa" kalau sedang berpuasa.

Itu terjadi karena secara kebetulan kita sedang memergokinya. Bagaimana seandainya si anak melakukan tanpa sepengetahuan kita sebagai orang tua? Akankah mereka berani menceritakan secara terus-terang kepada orang tua?

Di lain waktu, mungkin kita melihat anak sedang asyik bermain game di handphone. Ketika kita bertanya, "Sudah salat Zuhur ? Dengan tetap memainkan handphonenya si anak membalas, "Sudah."

Kenyataannya, si anak belum melakukan sholat. Ini merupakan bentuk kebohongan-kebohongan kecil yang sebaiknya tidak kita anggap sebagai sesuatu yang remeh.

Dengan membiarkan hal remeh, anak akan berpikir bahwa apa yang diperbuatnya bukanlah suatu kesalahan. Padahal, meninggalkan sholat dalam Islam bukanlah perkara yang ringan. Itu dalam urusan akhirat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun