Mohon tunggu...
Heni Susilawati
Heni Susilawati Mohon Tunggu... Dosen - life with legacy

senang menulis tentang politik, demokrasi dan pemilu

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ga Nyampe 1 Dollar AS

16 Oktober 2021   08:47 Diperbarui: 16 Oktober 2021   08:52 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini saya dan suami melakukan aktivitas olah raga jalan kaki, lokasinya ga jauh dari kediaman. Kebetulan tempat tinggal berdekatan dengan kampus Satu Universitas Kuningan, kisaran 15 menit jalan kaki sudah tiba di area kampus yang sejuk.

Kebiasaan olah raga jalan kaki cukup lama ditinggalkan, terlebih ketika pandemi sedang benar-benar parah. Nyaris tak punya keberanian untuk lama-lama berada di luar rumah. Akhirnya aktivitas fisik banyak dilakukan di area kebun belakang rumah. Kami punya hobi berkebun sayuran. Sesuai dengan kondisi lahan saja menanam aneka jenis sayuran, mulai dari kangkung, kacang panjang, buncis, sawi, cabe rawit, cabe merah dan sebagainya. Bercocok tanam sesuai dengan keadaan lahan. 

Pagi ini, kami berangkat dari rumah sekitar pukul setengah enam pagi. Berjalan kaki menghirup udara segar. Kebetulan di sekitar tempat kami tinggal, masih banyak area pesawahan milik warga. Nampak dikejauhan Gunung Ciremai, gunung tertinggi di Jawa Barat kokoh berdiri dengan ketinggian 3.078 meter diatas permukaan laut. Tak terasa kami sudah selesai mengelilingi kampus, hampir satu jam waktu dihabiskan untuk berjalan kaki.

Saya bilang sih ideal banget area kampus Satu Universitas Kuningan sebagai tempat untuk jogging, jalan kaki. Sekeliling kampus rindang pepohonan, suara burung berkicau penuh kegembiraan. Jalan kaki satu jam itu setara dengan 6.000-7.000 langkah. Benar-benar segar terasa, hilang segala penat.

Jalan kaki ini olahraga yang mudah dan murah untuk dlakukan. Cukup punya niat dan kemauan yang kuat, cukup mengenakan alas kaki yang nyaman. Saya lebih menyarankan untuk mengenakan sepatu khusus jalan kaki, selain nyaman juga tujuannya agar kaki terlindung dari pecahan kaca, paku dan puing yang akan membahayakan kaki.

Perjalanan kami lanjutkan ke area pemukiman warga yang lokasinya juga berdekatan dengan kampus. Mekanisme pasar memang berlaku, sejak kampus kebanggaan Urang Kuningan ini berkembang pesat; aktivitas ekonomi warga juga meningkat.

Mulai dari bisnis kos-kosan, warung nasi, resto dan kedai kopi, laundri, foto copy, laundry, print dokumen, dan banyak lagi usaha-usaha kecil milik warga. Nyaris tidak kesulitan sekedar mencari sarapan pagi, karena ada warung nasi yang sudah buka, warung burjo dan mie instant, sorabi, bubur ayam dan makanan bernama cilok goang. Bagi yang menyukai gorengan, lontong, donat, pastel dan beberapa makanan lainnya juga bisa kita temukan di sekitar area kampus.

Saya pernah jajan beberapa jenis makanan, ternyata ga nyampe dua puluh ribu rupiah. Rata-rata makanan dan jajanan pasar ditawarkan dengan harga kurang dari satu dolar Amerika Serikat. Bayangkan sangat terjangkau dan mengenyangkan. 

Saya jadi teringat perjalanan ke Amerika Serikat, ketika mengikuti International Visitor Leadership Program pada tahun 2019. Rata-rata diatas satu dollar Amerika Serikat, artinya diatas empat belas ribu rupiah. Bahkan pernah jajan bakso khas vietnam, seporsi bakso dibanderol dengan harga 10 dollar Amerika Serikat (hampir setara 150 ribu rupiah). Porsinya memang jumbo juga sih, saya ga habis sendiri. Mangkok bakso nya itu setara mangkok sayur yang biasa digunakan untuk menghidangkan makanan ala tanah air. Banyak banget. Selain takut ga habis, mikir juga sih biar hemat. Jajan bakso urnan lima dolaran bareng teman. Dimaklum takut uang saku keburu habis jika boros jajan, hehee. 

Lain lubuk, lain ilalang. Begitulah pepatah mengatakan. Lain tanah air, lain lagi negri orang. Jajanan pasar dibawah satu dollar AS juga mencerminkan daya beli, khususnya di tempat saya tinggal.

Jika dirata-rata jajanan pasar ada di rate 15.000. Artinya banyak jajanan yang bisa dibeli dengan harga kurang dari 1 Dollar AS. Mekanisme pasar tentunya yang harus diperhatikan. Produk yang ditawarkan para pelaku usaha harus menyesuaikan dengan daya beli warga setempat. Faktor penentu daya beli adalah tingkat pendapatan warga. Standar UMK di Kabupaten Kuningan berada di angka 1,8 juta jiwa. Mata pencaharian warga disini mayoritas mengandalkan dari sektor pertanian, kemudian perdagangan dan jasa. Penduduk yang berprofesi sebagai ASN juga sangat banyak, bahkan kisaran 60 persen lebih APBD dialokasikan untuk belanja rutin gaji ASN.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun