Mohon tunggu...
Hengky S Candranegara
Hengky S Candranegara Mohon Tunggu... Lainnya - Awam Pemelajar

Bersyukur dan teruslah berbuat kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apa Isi Roti Yudas Iskariot?

14 April 2022   11:00 Diperbarui: 14 April 2022   12:06 1345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saudari-saudara terkasih dalam Yesus Kristus, Berkah Dalem.

Saat ini, seluruh Umat Kristiani, sedang mempersiapkan perayaan kisah sengsara Yesus Kristus - wafat di Kayu Salib dan KebangkitanNya. Secara khusus umat katolik, sudah memasuki pekan suci yang dimulai dengan Minggu Palma (10/4) yaitu peristiwa Yesus disambut dan dielukan dengan gegap gempita ketika memasuki gerbang Yerusalem. Yesus disambut dengan meriah laksana Raja yang diidam-idamkan oleh rakyat Yerusalem. Lambaian daun palma, dan hamparan kain melapisi jalan yang dilewati keledai yang ditunggangi oleh Yesus. 

Membayangkan suasana saat itu tentunya, riuh dan gegap gempita, dan suara teriakan "Hosana, Yesus raja Daud" pasti sangat seru dan penuh dengan keceriaan. Anak-anak dengan pakaian warna-warni pasti berlarian ke sana kemari mengikuti arah keledai Yesus. Warga Yerusalem, riang gembira, seolah sedang berpesta. Itulah kesan Minggu Palma yang diyakini sebagai hari bahagia awal kisah sengsara Yesus Sang Raja. 

Setelah Minggu Palma, seolah terjeda sampai hari Kamis Suci, padahal tidak, masih ada runtutan peristiwa yang diceritakan melalui bacaan injil di hari Senin - Rabu dalam Perayaan Ekaristi harian, yaitu kisah Yesus mulai memberi tanda-tanda kepada para murid mengenai penyangkalan murid-muridNya, yaitu Simon Petrus dan Yudas Iskariot sekaligus tanda penderitaan dan KematianNya.

Memasuki hari berikutnya adalah hari Kamis suci. masih dalam lingkaran liturgi dari Pekan Suci namun mulai kamis SUci dikonsentrasikan pada Tri Hari Suci yaitu  Kisah Penghianatan Yudas dalam  malam perjamuan terakhir. tentu bagi umat Katolik, Tri hari suci dianggap sebagai hari-hari 'keramat' penuh dengan nuansa kesedihan dan misteri Ke-Illahi-an. 

Membayangkan nuansa makan malam Yesus bersama para murid, pasti tidak sama dengan nuansa makan dalam pesta di Kana, atau Suasana ketika Yesus makan bersama pemungut cukai, yang kalau kita bayangkan pasti penuh dengan sukacita dan kegembiraan. Berbeda dengan nuansa dalam Peristiwa perjamuan malam terakhir. Nuansa pasti kelam, hening, tak banyak celotehan. Dan Yesus sebagai figur utama dalam ruang perjamuan tersebut. saya meyakini, Yesus disaat itu, pasti penuh dengan 'kegalauan' dan kepasrahan akan hal yang Ia harus jalani sebagai perutusan, yaitu menderita dan wafat di kayu Salib (bdk. yoh 13:3).

"Aku berkata kepadamu, Sesungguhnya seorang diantara kamu akan menyerahkan Aku" (Yoh 13:21) dan semua murid bertanya, Siapa? dan menyakini diri, bahwa yang dimaksud oleh Yesus, merasa bukan dirinya. Yesus, sebagai seorang guru yang baik, pasti tidak akan membocorkan siapa yang dimaksud. Guru yang baik, sekalipun ada siswa yang bersalah, pasti akan berusaha tidak mengumbar kesalahan pada murid yang lain. Namun, pasti ada hal yang bisa diberikan klue secara general tentang makna perbuatannya, sebagai cara instrospeksi diri bagi yang lain. Minimal murid yang lain tidak melakukan hal yang sama.

Dalam tanda tanya besar para murid, tentang siapa yang menghiatinya. Yesus memberi klu yang pertama, yaitu: Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya. dan diberikan kepada Yudas anak Simon Iskariot (Bdk. Yoh.13:26) dan sesudah Yudas menerima roti itu, Ia kerasukan iblis: Maka kata Yesus berkata kepadanya: "Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah segera." (Bdk. Yoh.13:27). Para murid dikisahkan dalam Injil Yohanes tetap duduk manis dan makan seperti biasa, karena tidak mengerti tanda tersebut, mungkin sambil ngobrol bebas, karena bingung nggak ngerti maksud Yesus. Selang sesaat setelah Yudas menerima roti tersebut, Yudas pergi meninggalkan tempat tersebut. Tanda kedua yang diberikan Yesus adalah saat pembasuhan kaki. Yesus membasuh kaki para murid termasuk Yudas, dalam tanda kedua ini setidaknya ada dua tokoh yang dipertegas oleh Yesus tentang ketidaksetiaanNya. pertama Yudas'...Tetapi, celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan." Yudas yang hendak menyerahkan diri itu menjawab, katanya: "Bukan aku, ya Rabi?' Kata Yesus kepadanya:"Engkau telah Mengatakannya."  (Bdk. Yoh.26:21-26)  dan kedua adalah Petrus yang kita kenal dengan penyangkalan Ayam Berkokok.

Menarik dari tanda pertama yang diberikan diberikan Yesus, yaitu Yesus memberi roti kepada Yudas lalu ia 'kerasukan iblis', sementara roti yang sama juga diberikan kepada para murid yang lain, kok murid yang lain tidak tidak kerasukan iblis? Apakah isi roti yudas berbeda? kira-kira isi roti atau topping roti Yudas apa ya?

Dalam permenungan saya, mengenai isi roti atau topping roti Yudas, ini bukan masalah dari rasa harifiah seperti halnya isi selai nanas, stroberi, atau coklat atau bertopping abon atau meses seperti kebanyakan roti yang di jual pada umumnya. Penandaan Yesus memberikan roti kepada Yudas dapat kita maknai sebagai simbol bahwa roti adalah sesuatu yang berasa enak, salah satu makanan enak yang termasuk favorit karena jenisnya bermacam-macam. Artinya jika kita lebih mendalami pemaknaanya, Roti bisa dijadikan sebagai simbol mengenyangkan, pun di zaman itu bisa jadi roti adalah sesuatu yang langka dan untuk mendapatkannya perlu usaha keras. (Bdk. Yoh 6 : Yesus melipatgandakan 5 roti dan 2 ikan). 

Roti Yudas dimaknai sebagai tanda kemabukan manusia terhadap segala sesuatu yang 'mengenakan' keinginan kedagingannya. dalam hal ini, Yudas merasakan bahwa uang tiga puluh keping adalah sesuatu yang mengiurkan bagi dirinya. Ia rela menjadi spionase kaum farisi yang merelakan Guru nya sendiri demi rasa roti yang dia inginkan. Roti yang diterima bersama Yesus dan para murid tidak cukup mengenyangkan dirinya. Bisa jadi Roti berupa pengajaran cinta kasih, belas kasih, dan pengampunan bukan rasa roti yang diinginkan selama ini. Kodrat manusia memilih roti rasa kongkalikong, roti rasa korupsi, roti rasa keiirian atau roti kemewahan diri menjadi sesuatu yang dicari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun