Mohon tunggu...
Hengky Dwi Cahyo
Hengky Dwi Cahyo Mohon Tunggu... Buruh - Tukang Nyeting Server Dell, HP, Sophos, Fortigate, Mikrotik dan Networking

CEO Hens Automotive Services - Bengkel Spesialis Electronic & Engine Mercedes Benz www.tokoplakat.id

Selanjutnya

Tutup

Balap Pilihan

Pelajaran Gelaran F1 2020, Michael Schumacher Bukan Satu-satunya Kolektor Kemenangan 90+

12 Oktober 2020   16:32 Diperbarui: 12 Oktober 2020   16:45 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meski di tengah kondisi pandemic dan kehidupan yang serba sulit dan penuh dengan ketidakpastian melanda seluruh kolong langit bahkan mulai negara terpapar pendemi resesi ekonomi.

Namun dengan semua keterbatasan banyak yang masih terus berusaha bangkit contohnya balapan F1 yang mungkin sampai saat ini masih di kenal sebagai ajang balapan paling mahal di kolong langit ini (Pinnacle of motorsport) tetap digelar meski di tiap sirkuit ditonton bangku kosong.

Meski begitu bangku kosong ini bukan film horror kreasi rumah produksi negeri +62 yang banyak sekali mengemari kisah-kisah horror namun kenapa bangku kosong akibat hukuman pendemi virus corona jadi jangan diasosiasikan dengan horror ya. Apa lagi saya sedang ingin membahas balapan F1 dan sedang tidak ingin membahas soalan setan nonton setan.

Banyak hal yang menarik pada gelaran jet darat Formula 1 era V6 1.6 liter tahun 2020 sebab satu persatu rekor si cepat racer lagendaris asal negeri Bavaria yaitu Michael Schumacher dipatahkan oleh racer yang memang sangat fenomenal dan punya mental yang sangat kuat sejak pertama mengeber mobil F1 era V8 2.4 liter tahun 2007 silam dan pelan-pelan mulai mencatatkan diri menjadi legenda baru Formula 1 asal negeri tiga singa yaitu Lewis Hamilton.

Banyak yang tidak menduga bahkan saya sendiri sudah pesimis kalau rekor fantastis Schumacher hanya akan bertahan 14 tahun mengingat dari gelaran F1 yang saya ikuti semenjak saya mengenal F1 kalau tidak salah 1988.

Bokap membelikan miniatur mobil mclaren F1 yang sampai saat ini masih saya simpan. Sejak saat itu saya adalah fans garis keras mclaren F1 sampai Mercedes mendirikan team F1 pabrikan setelah mengakusisi team debutan yang langsung mengukuhkan diri menjadi juara F1 edisi 2009 dengan pembalapnya kala itu Jenson Button. 

Namun saya tidak langsung menjadi fans garis keras Mercedes F1 karena kala itu masih diisi duet negeri Bavaria Michael Schumacher dan Nico Rosberg sebab dari dulu saya adalah hater dari Michael Schumacher meski saya tetap obyektif bahwa Mr. Schumy adalah pembalap yang jenius dan berkarakter bahkan sekelas FIA dan tim Ferrari bisa di intervensi oleh sosok Schumy contohnya pengantian ban slick ke ban spec yang identik digunakan di jalanan umum.

Sah setelah balapan Eifel GP F1 2020 Nurburgring Jerman maka saat ini F1 memiliki dua pembalap dengan koleksi kemenangan 90+ yaitu Michael Schumacher & Lewis Hamilton akan tetapi jika mengingat tahun ini masih ada beberapa seri balap makan masih terbuka lebar kans Lewis Hamilton mencatatkan diri menjadi pengoleksi gelar kemenangan terbanyak bahkan kalau mungkin menjadi pembalap F1 pertama yang mempu mengoleksi 100 kemenangan.

Setelah rekor kemenangan Schumy disamai Hamilton fans F1 juga menunggu rekor Juara dunia balapan F1 7 kali yang saat ini masih dipegang oleh Schumy akan di samai oleh Hamilton apalagi saat ini dominasi Hamilton di gelaran F1 edisi 2020 yang sudah mengoleksi 7 kemenangan dan memimpin klasemen dengan jarak 69 dari pesaing terdekat dan juga rekan se-tim hemilton sendiri yaitu Valtteri Bottas.

Di sisi lain rekor untuk juara beruntun terlama yang sebelumnya dipegang oleh Tim Kuda Jingkrak tahun lalu sudah disamai oleh tim Mercedes F1 dan sepertinya tahun ini rekor itu bakal akan dilengserkan oleh tim Mercedes F1 mengingat tim Ferrari dibawah asuhan Mr. Binotto belum juga mampu menunjukkan diri menjadi Tim unggulan dan penantang dominasi Mercedes F1.

Ada pelajaran berharga dari gelaran F1 edisi 2020 jika melihat perjalanannya. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini selama ada usaha dan kerja keras.

Bahkan sampai saat ini saya belum terfikirkan bagaimana tiap tim mempersiapkan mampu mempersiapkan mobil F1 yang harganya sangat fantastis mahalnya di kisaran 10 -- 17 juta dollar untuk satu mobil saja dan gilanya mereka mempersiapkan mobil itu lebih dari satu mobil hanya untuk satu pembalap sedang di setiap tim ada 2 pembalap.

Tidak heran jika dana yang dibutuhkan tim F1 sangat besar belum lagi biaya riset, biaya gaji dan biaya lain-lain sedang situasi dunia sedang lesu dan banyak sponsor F1 pasti terdampak. Namun karena optimism dan usaha yang kuat akhirnya tim-tim F1 tetap mampu mengaspal dengan kondisi awal compang-camping.

Mungkin para kru tim juga bisa demo seperti belakangan ini menolak rencana FIA mengelar balapan yang digelar tanpa riuh tepuk tangan penonton namun mereka para insan yang tergabung dalam keluarga besar F1 tetap konsisten dan berusaha menerima dulu aturan yang mungkin sangat berat dan hasilnya mungkin jauh di atas ekspektasi mereka.

F1 dengan segala kontrovesinya tetap indah dilihat lewat layar kaca dan pundi-pundi pendapatan dari hak siar akan sangat lancer belum lagi penjualan merchandise tetap bisa dijual via online sehingga mereka tetap survive di kondisi sulit.

Dan F1 Edisi 2020 mengajarkan bahwa harus suka rela menerima aturan baru walau dirasa pahit dan tetap optimis menjalankan aturan tersebut sambil pelan-pelan di-review mana aturan yang kurang baik pelan-pelan diperbaiki sampai ditemukan formula terbaik. Tidak salah kalau mereka berani membranding dirinya the formula 1.

Bukan seperti para pakar Indonesia yang yang banyak omong di televisi yang biasa mengkritisi aturan yang kadang belum berjalan katanya setiap berbicara mesti pakai data biar tidak subyektif berarti mengkritisi sesuatu yang masih akan dijalankan itu sangat subyektif dong... pakar... pakar dagelan aja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun