Mohon tunggu...
Hengki Mau
Hengki Mau Mohon Tunggu... Teknisi - Membaca Manusia Sebagai Kisah

Pemburu Berita, Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masa Sulitmu sudah Usai

17 Maret 2023   14:05 Diperbarui: 17 Maret 2023   14:10 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mencoba mengingat kembali kejadian di tahun 2022 Setahun lalu yang berkenaan dengan hari Sabtu 19 November 2022, hari yang sangat istimewa dalam sejarah hidupku oleh karena sudah kesekian kalinya menyapa diriku.

Yang sangat Istimewa dan spesial bagiku adalah kalimat " Masa Sulitmu Sudah Usai" yang di lontarkan oleh seorang Imam SVD yang perna betugas di Paroki kami, paroki St. Grardus Nualain. Beliau adalah seorang Imam misionaris Serikat Sabda Allah yang hingga saat ini masih menjadi teladan bagi kami dalam menjalani panggilan hidup.

" Masa Sulitmu Sudah Usai " ungkap Pater Vikjen Keuskupan Atambua Pater Vinsensius Wun, SVD. saat saya menghampirinya untuk bersalaman di celah-celah Kegiatan yang digagas oleh para Suster SSpS Provinsi Timor (Indonesia) dan para Suster SSpS Timor Leste yang berkolaborasi dengan JPIC SVD Timor ( Indonesia) -JPIC SVD Timor Leste dan Pemerintah Kabupaten Belu Dalam Aksi penanaman 1.200 Anakan Mangrove, 40 Cendana, 500 Oliander dan 150 Tanaman Hias disepanjang Pantai Motaain Indonesia - Timor Leste.

Ungkap ini sangat mendalam bagi saya dan keluarga dan mungkin juga bagi para pembaca. " Masa Sulitmu sudah Usai " sebuah kalimat yang tidak biasa di ungkapkan oleh siapapun selain seorang Imam ataupun orang tertentu yang mempunyai penglihatan dan anugrah Karismatik untuk dapat melihat, menerawang dan menilai pada diri seseorang.

Awalnya ungkapan Pater Vikjen ini saya anggap biasa, namun setelah kembali dari lokasi kegiatan, saya mencoba merenung dan merefleksikan apa yang di ungkapkan oleh Pater Vikjen itu ternyata maknanya sangat mendalam bagi diri saya.

Ya karena beliau sangat kenal dengan keluarga kami terutama diri saya yang perna menjadi anak rohaninya sejak masa Sekolah Dasar hingga menjadi salah satu anggota tarekat SVD kala itu.

Pater Vinsen adalah sosok seorang Imam misionaris yang luar biasa, beliau adalah seorang tokoh Misionaris Sang Sabda yang menjadi panutan bagi umat paroki St.Grardus Nualain, dan mungkin juga di paroki lain yang perna beliau bertugas, Ia dikenal sebagai Imam yang peduli terhadap kaum miskin, kaum terbuang, kaum hina dina dan kaum yang terpinggirkan.

Para pembaca yang Budiman sosok Pater Vinsensius Wun, SVD adalah satu dari sekian Imam Tuhan yang sangat peduli dengan umatnya, beliau adalah pendengar yang setia sekaligus penasehat yang selalu memberikan solusi dalam menghadapi kerikil-krikil duri dalam menjalani panggilan hidup ini.

Banyak orang sering datang kepadanya untuk berkonsultasi bagaimana menjalani dan menghadapi orang-orang yang menganggap kita tidak berarti di dalam masyarakat dan beliau pasti akan memberikan solusi untuk menghadapi orang-orang tersebut.

Para pembaca yang baik dalam kehidupan sehari-hari, sering ada orang yang menilai dan menstikma orang lain bahwa orang-orang itu akan mengalami kesusahan yang tiada akhir, dan masih banyak lagi pembicaraan dan ocehan dari orang-orang yang menganggap dirinya sudah berhasil tanpa mengingat bahwa keberhasilan mereka itu berkat dukungan dari orang-orang yang saat itu mereka anggap tidak berarti.

Para pembaca yang baik tanpa kita sadari hal tersebut di atas sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari, namun melalui tulisan ini saya mengajak para pembaca untuk kembali kepada diri, mengoreksi dan merefleksikan akan pengalaman hidup yang pernah kita alami baik itu pengalaman hidup yang menyakitkan maupun yang membahagiakan dan apakah kita dapat menghadapi semua itu dengan setulus hati atau ada pergolakan dalam batin untuk melawannya ataukah kita diam menerima semua itu ?.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun