Marah  merupakan sifat manusiawi apabila kita disakiti. Terlepas dari sengaja ataupun tidak orang lain melakukan hal tersebut. Tidak jarang atas kemarahan tersebut terus membekas. Salah satunya akibatnya timbulnya sikap prasangka buruk dan kecendurung untuk bersikap tertutup.Â
Atas kondisi tersebut, untunglah ramadhan selalu datang selama 30 (tiga) puluh hari setiap tahun. Ibadah puasa yang kita jalani selama bulan ramadhan tidak dipungkiri semakin menumbukan rasa syukur, Â ikhlas serta memperluas wawasan kerohanian.Â
Rasa ikhlas  memberikan kita ketentraman batin. Selanjutnya, ikhlas akan memberikan kelapangan serta kesabaran  untuk kita melupakan kemarahan yang masih berbekas. Dan juga wawasan kerohanian yang bertambah akan memberikan  kita pemahaman untuk mengerti keberagaman karakterisitik/ watak orang yang berbeda-beda, akan tetapi saling melengkapi sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Silaturahmi di hari Idul Fitri sebagai penutup dari ibadah ramadhan tentu menjadi waktu yang tepat untuk mengluarkan kata maaf. Kata sederhana itu menjadi hasil dari ibadah di bulan ramadhan yang kita jalani. Kata sederhana itu, tidak dipungkiri akan memupus kemarahan yang membekas dan akan mendorong kita untuk membuka diri kembali terutama dengan orang yang telah membuat kita marah.
Keluarga serta kerabat adalah orang terdekat kita yang sering kali tidak kita sadari membuat kita marah ataupun kita buat marah. Tentu yang menjadi harapan saya di ramadhan bisa  mengucapkan permintaan maaf dengan tulus dengan keluarga dan kerabat. Kata maaf memang sederhana, namun ketika diucap dengan tulus, maka kemarahan akan terkisis serta akan tumbuh rasa saling mengerti yang akan mempererat hubungan silaturahmi.
Seperti itu harapan sederhana ku, di bulan ramadhan ini, yaitu ketika diri ini mampu memaknai dan mengucap kata maaf dengan tulus.