Mohon tunggu...
Henggar Budi Prasetyo
Henggar Budi Prasetyo Mohon Tunggu... Administrasi - Travelers

Bandung, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Millenial Tak Perlu Buru-buru Punya Rumah, Ini Alasannya?

20 Juli 2019   06:17 Diperbarui: 20 Juli 2019   09:54 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Harta yang paling berharga adalah keluarga itulah sepenggal lirik dari OST Keluarga Cemara, tetapi itu memang benar adanya. Untuk itu bagi milenial yang akan atau ingin membeli rumah faktor keluarga perlu dipertimbangkan selain hanya mengikuti tren kerisauan tak punya rumah | Sumber gambar: pixabay.com

Derasnya arus informasi saat ini menjadi salah satu faktor perubahan perspektif terhadap kebutuhan dari waktu ke waktu. Jika kita tinjau dari catatan literatur terdahulu kebutuhan pokok terbatas pangan, sandang, papan (PSP).

Namun, saat ini "PSP" tentu sudah tidak relevan lagi. Telekomunikasi, transportasi termasuk aktualisasi diri untuk sebagian orang telah masuk dalam kategori kebutuhan pokok.

Perubahan perspektif tersebut terutama terjadi pada kelompok milenial. Hal tersebut karena milenialah yang paling intens terpapar arus informasi baik atas inisiatif ataupun ketidaksengajaan ketika menggunakan sosial media. 

Tidak dipungkiri secara sadar atau tidak sadar arus informasi tersebut sedikit demi sedikit telah mengubah perspektif terhadap apa yang benar dan salah, apa yang baik dan buruk. Tanpa pegangan yang kuat derasnya arus informasi tidak jarang telah membentuk perspektif yang justru keluar dari pribadinya sendiri dan cenderung mengikuti perspektif yang berlaku umum.

Ketika milenial belum tahu tentang diri sebagai pribadi, maka jangan lakukan pengambilan keputusan penting termasuk dalam hal ini adalah membeli rumah. Perlu diketahui bahwa rumah sebagai tempat tinggal merupakan pusat dari aktivitas kita dimana kita akan memulai aktivitas setiap hari dari rumah dan akan kembali pula ke rumah. 

Rumah menjadi tempat beristirahat serta yang paling penting rumah adalah tempat berinteraksi bersama keluarga. Tidak jarang juga rumah merupakan benteng dalam menghadapi usia senja. 

Selain itu untuk tempat tinggal, rumah menjadi tabungan hari tua sebagai indikator ketahanan finansial. Hal tersebut karena nilai ekonomi rumah yang selalu mengalami kenaikan dari waktu ke waktu.

Atas uraian tersebut dapat ditarik garis besar tentang perlunya rumah untuk kita, sebagai berikut

  1. Tempat beristirahat dari aktivitas sehari-hari (pergi dan pulang)
  2. Tempat berinteraksi bersama keluarga
  3. Benteng di usia senja baik untuk hunian ataupun tabungan

Di dalam perencanaan pembelian rumah milenial harus mempertimbangkan terpenuhi unsur tersebut. Hal tersebut bertujuan agar di dalam pembelian rumah dapat memberikan manfaat yang maksimal mengingat rumah merupakan kebutuhan jangka panjang dimana bukan tentang hari ini dan esok hari saja. 

Selain itu, nilai rumah yang semakin hari semakin tidak terkira tentunya akan memaksa milenial untuk mengorbankan kebutuhan untuk aktualisasi diri. Tentu setiap pengorbanan harapannya adalah akan memperoleh manfaat yang maksimal.

Coba bayangkan jika kita sudah mengorbankan kebutuhan aktualisasi diri kita untuk disisihkan membeli rumah tetapi hanya terpenuhi beberapa  unsur tempat beristirahat dari aktivitas sehari-hari (artinya dekat dengan kantor) serta sebagai benteng di usia senja. Namun, disisi lain tidak terpenuhi poin 2 yaitu dekat dengan keluarga bisa orangtua ataupun pasangan suami/ istri yang berhubungan jarak jauh (LDR). 

Akibat secara ekonominya tentu kita akan banyak mengeluarkan anggaran transportasi karena itu. Tetapi yang paling miris adalah kita menjadi jarang berinteraksi disisi lain hal yang paling berharga di dunia adalah keluarga.

Tentu sudah mengorbankan kebutuhan aktualisasi diri ditambah manfaat yang diterima dari pembelian rumah tidak maksimal merupakan hal negatif yang perlu diubah menjadi positif. 

Dimana setidaknya unsur berinteraksi bersama keluarga terpenuhi, sehingga ketika kebutuhan aktualisasi tidak terpenuhipun menjadi tidak masalah mengingat kebutuhan aktualisasi terbentuk dari arus informasi bukan dari diri pribadi. Sedangkan untuk interaksi keluarga merupakan kebutuhan batiniah yang memang sangat dibutuhkan bagi setiap orang untuk bahagia.

Memilih rumah seperti halnya memilih pasangan hidup haruslah didasarkan pada kriteria dan proyeksi kehidupan di masa mendatang. Jadi bagi para milenial termasuk saya, sebaiknya tidaklah risau dan takut sehingga terburu-buru membeli rumah dengan mengabaikan setidaknya kriteria yang telah diuraikan di atas. 

Nikmati hidup dengan beraktualisasi serta berinvestasi pada instrumen yang dinamis, seperti: deposito, surat utang negara (SUN), reksa dana, serta saham secara proposional. Dan ketika rumah idaman datang kita bisa membelinya. 

Hal yang paling penting bukanlah kita punya rumah, tetapi adalah kita mampu membeli rumah yang caranya adalah dengan menabung dan mengelola perencanaan keuangan.

Untuk tips pengelolaan keuangan bisa kunjungi artikel, berikut:

  1. Deposito dan Surat Utang si Penahan Laju Inflasi
  2. Reksa Dana Jarang Dikenal, Tapi Potensial
  3. Keuntungan Investasi Saham

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun