Mohon tunggu...
Henggar Budi Prasetyo
Henggar Budi Prasetyo Mohon Tunggu... Administrasi - Travelers

Bandung, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mengapa Ada Teror Bom Lagi?

13 Mei 2018   20:18 Diperbarui: 13 Mei 2018   20:23 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Surabaya 13-05-18! Heningnya pagi pecah dengan ledakan bom di tiga gereja. Tidak hanya di Surabaya kabar tersebut secara simultan juga mencengakan masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Betapa tidak setelah sekian lama kondisi keamanan di Indonesia relatif stabil dan kondusif. Tiba-tiba di bulan Mei ini setidaknya ada 2 aksi berlatar terorisme, pertama kerusuhan di penjara Brimob dan yang kedua adalah Bom Surabaya. Saya turut mengucapkan duka cita atas 2 kejadian tersebut.

Mengapa ada teroris lagi?

Itu adalah pertanyaan dari kita kepada pemerintah sebagai otoritas keamanan dan pertanahan di negeri ini? Tentu sembari menunggu jawaban dari pemerintah, kita setidaknya dapat ikut berperan dalam pencegahan tindakan terorisme kedepan.

Rendahnya kepedulian (respect) adalah salah satu pemicu dari tindakan terorisme. Disadari atau tidak setiap dari kita semakin hari semakin asik dengan diri kita, pemakaian gawai yang berlebihan adalah ciri-cirinya. 

Pemakaian berlebih (kecanduan) gawai saat ini tidak lagi mengenal usia, tua muda sama saja. Interaksi secara langsung dengan lingkunganpun menjadi berkurang, sehingga wajar jika dengan tetanggapun dalam lingkungan satu rukun tetangga (RT) mungkin tidak mengenal.

Berbeda dengan dahulu tetangga begitu berperan penting karena terdapat hubungan saling membantu. Tetapi berbeda sekarang terutama di kota besar, dimana fasilitas-fasilitas telah di komersilkan sehingga asal punya uang hidup kita aman, tetanggapun terpinggirkan. Bahkan, ada pula suatu kondisi dimana antar tentagga saling curiga dan interaksipun semakin dibatasi bahkan ditutup. Dan, ketika suatu kejadian yang tidak diinginkan terjadi. Barulah disadari bahwa ada yang salah dengan kondisi hubungan yang seperti itu?

Apakah dengan adanya kepedulian terorisme dapat dihilangkan, mungkin sulit untuk menjawab ya? karena terorisme adalah terkait pelaku, dimana pelaku tersebut memiliki sudut pandang tertentu yang dianggap benar dan dipegang teguh. Tetapi setidaknya dengan adanya kepedulian, sudah ada usaha untuk mencegah terjadinya. Dari pada hanya berprasah akan datangnya.

Pelaku teroris bisa jadi orang di sekitar kita, tentu melawan teroris tidak selalu dalam kosakata negatif dengan perlawanan fisik. Kepedulian serta menghargai perbedaan adalah hal yang bisa diupayakan. Saya yakin setiap orang memiliki sudut pandang bereda. Saya yakin bahwa setiap sudut pandang orang berbeda-beda, tetapi saya yakin diantara sekian sudut pandang pasti terdapat suatu titik kesamaan. 

Titik dimana ada kemungkinan persamaan sudut pandang tersebut, hanya dapat dirasakan jika terdapat interaksi dengan lingkungan. Titik persamaan sudut pandang tersebut muncul melekat pada diri kita sebagai umat manusia pada umumnya. 

Tolong-menolong adalah salah satunya. Mungkin kita tidak berfikir sampai situ karena Tuhan menganugerahkan kemudahan kita, tetapi perlu diketahui ada orang yang tidak seberuntung kita. 

Kalau kita menutup diri tentu orang yang tidak seberuntung kita tidak akan terbantu. Mungkin, jika hanya melihat, kita bisa berfikir bahwa itu kan tugas negara, tetapi kenyataannya mungkin saja yang dia butuhkan bukan suatu hal yang besar, tetapi sedikit perhatian saja. Pengakuan atas eksistensi tidak dipungkiri adalah kebutuhan yang termahal yang tidak bisa dibeli dengan uang. Dan mampu memberikan suatu kepuasan yang lebih dari pada kepuasaan karena kenyang ketika lapar.

Saya beruntung karena orang-orang yang punya kepedulian itu ada di negeri ini, namun tidak banyak. Untuk kita kitapun jangan ketinggalan menjadi orang yang peduli, untuk saling meringankan beban mewujudkan kedamaian yang sejati. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun