Mohon tunggu...
Hendy Adinata
Hendy Adinata Mohon Tunggu... Freelancer - Sukanya makan sea food

Badai memang menyukai negeri di mana orang menabur angin | Email: hendychewadinata@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Cibiran terhadap Penonton Anime dan Ajakan Bertambah Kuat dari Anime

26 September 2020   18:46 Diperbarui: 29 September 2020   17:40 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orang dewasa menonton anime (gambar ilustrasi via kabargames.id)

Ya, kalau hanya pukul-pukulan, lebih baik nonton pertandingan tinju.

Alasan mengapa tayangan yang bagus ini dibuat dengan gambar animasi (pengolahan gambar dengan tangan sehingga menjadi gambar bergerak), penulis beranggapan dikarenakan manusia itu kreatif.

Dalam pengambilan gambar itu tidak dapat dipungkiri ada sisi-sisi yang sulit untuk dibuat sehingga dengan menggambar maka akan lebih mudah menampilkan apa yang sebenarnya ingin ditampilkan. Tentunya menggambar pun tidak mudah karena butuh imajinasi dan kemampuan teknis yang mumpuni.

Tahukah pembaca bahwa penggarapan sebuah anime tidaklah murah? Dari data yang penulis dapat, untuk biaya pembuatan anime per episodenya itu bisa mencapai 1,5 miliar rupiah.

Biaya sebesar itu untuk apa saja? Pembuatan naskah, directing episode, produksi, intellectual property, supervicing key animation, process in betweening, pembuatan background/art, photography, sound effects, material, editing, finishing, printing, dan belum termasuk biaya marketing dan sebagainya.

Untuk satu serial dengan 12 episode bisa menghabiskan total 15,8 miliar rupiah.

Bayangkan, berapa banyak uang yang telah dikeluarkan untuk sebuah anime yang episodenya sudah mencapai 942 seperti One Piece?

Industri film bukan sekedar bisnis hiburan semata, tetapi juga investasi dengan nilai miliaran sampai triliun rupiah. Tentunya anggaran yang besar ini juga mengharapkan keuntungan yang limpah.

Industri perfilman Indonesia memang sedang berkembang. Penulis pun mengapresiasi film-film yang sarat akan nilai dan makna seperti Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Laskar Pelangi, Susah Sinyal, Bumi Manusia, dan masih banyak lagi.

Lewat film-film itu, banyak pengajaran yang baik yang bisa diambil untuk mengubah hidup. Untuk animasi mungkin memang bukan ranahnya, seperti Jepang juga kalau buat film real itu kaku, tidak seperti kalau membuat animasi yang penggambarannya sangat lincah.

Ya, dengan film-film yang bagus rasanya bisa menegakkan kepala, dibanding dengan melihat acara-acara yang isinya "sampah". Itu mau membicarakannya saja malu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun