Mohon tunggu...
Hendy Adinata
Hendy Adinata Mohon Tunggu... Freelancer - Sukanya makan sea food

Badai memang menyukai negeri di mana orang menabur angin | Email: hendychewadinata@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pentingnya Perhatian Anak bagi Orangtua

23 Januari 2020   10:08 Diperbarui: 27 Januari 2020   11:35 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak dapat diibaratkan seperti sebuah aset dalam suatu keluarga. Anak menjadi penerus keturunan berikut harta kekayaan di dalamnya. Jika ingin makna yang lebih dalam, seorang anak tidak hanya meneruskan garis keturunan dan harta kekayaan semata, mereka meneruskan cita-cita besar orangtuanya. 

Cita-cita ini merupakan hal yang lebih penting dari sekedar harta dan marga (xingshi). Apa yang belum dapat diselesaikan oleh orangtua semasa hidupnya, menjadi proyek besar yang harus diselesaikan oleh anaknya, dalam konteks tertentu.

Orangtua manapun sangat berharap anaknya akan dapat melampaui dia, dalam banyak hal positif.

Jika seorang anak bisa mencapai kondisi: lebih kaya, lebih tinggi pendidikannya, lebih besar dan tinggi fisiknya, lebih tinggi karier jabatannya, lebih jaya dan makmur, lebih saleh, dan lebih-lebih lainnya, orangtua akan merasa dirinya telah berhasil dalam mendidik anaknya. Kebanggaan dan rasa puas akan terus melingkupi hati orangtua hingga habis masa hidupnya.

Setujukah pembaca sekalian?

Sebagai anak, kita pasti pernah berpikir, "Bagaimana caranya saya bisa membanggakan papa dan mama". Kita berusaha keras dalam belajar, dalam bekerja, singkatnya dalam berbagai hal, kita tidak ingin kalah dari saudara-saudari kita yang lain.

Apakah pembaca juga demikian?

Pengejaran karier dan kesuksesan materi menjadi satu hal yang sangat kita prioritaskan. Saking prioritasnya kita pada pengejaran ini (bagi kita itu kesuksesan), kita sering lupa memberikan apa yang sesungguhnya dibutuhkan oleh orangtua kita. Apakah itu?

Perhatian.

Kita berlomba-lomba untuk meraih kesuksesan materi (penulis sebut saja dengan kaya dan kerja). Kita tidak ingin kalah dari saudara-saudari kita yang lain, karena kalau kita kalah kalah kaya dan kerja akan menjadi suatu "aib". Kita bangga memamerkan semua pencapaian kepada saudara-saudari kita. Saling berlomba.

Namun di balik semua perlombaan dan pencapaian itu, "Adakah kita saudara dan saudari berlomba-lomba untuk memberikan perhatian kepada orangtua kita?"

"Adakah kita lebih memprioritaskan mereka daripada kendaraan kita, rumah kita, tempat usaha kita, istri dan anak kita, atau diri kita sendiri?"

Nyatanya jarang kita menjumpai hal semacam itu. Segalanya lebih penting daripada orangtua saat ini. biarkan dia (orangtua) bersusah payah, biarkan dia begitu-begitu saja, dia akan berusaha sendiri dan saya hanya perlu urus keluarga saya. Toh sama-sama sudah dewasa.

Seperti judul di atas, prioritas kita sebagai anak mungkin sudah tidak ada pada orangtua. Kita yang telah bekerja, berkeluarga, berorganisasi, dan macam-macam hal lainnya, termasuk bila kita diperantauan. Jangankan memberi perhatian fisik, sekadar negobrol di telepon kita sudah sangat jarang. Siapa yang bersalah dalam hal ini?

Kita hampir tidak pernah bertanya kabar mereka, apakah sehat? Rutinitas harian mereka, apakah menyenangkan? Kebutuhan mereka, apakah butuh sesuatu?

Orangtua tidak membutuhkan materi terlalu banyak. Mereka sudah belajar untuk cukup selama mereka tahu anaknya sudah bekerja, menikah, punya anak, yang artinya mereka bisa menimang cucu, dan membangun usaha pekerjaannya.

Mereka sudah jauh dari segala ambisi untuk mencari kekayaan seperti yang kini dilakoni oleh anaknya. Karena apa? Karena mereka sudah belajar tentang kehidupan. 

Mereka sadar bahwa hidup mereka tidak akan lama lagi, mungkin tidak sampai melihat cucu mereka menikah. Mereka mulai sering menceritakan kisah-kisah masa kecilnya, tentang bahagianya mereka bersama saudara-saudarinya, bersama orangtuanya yang kini sudah lama tidak mereka sapa. Mereka bercerita dengan penuh kerinduan akan masa-masa dulunya.

Mereka kini bernostalgia dalam alam pikirannya. Dulu tidak ada perkelahian, tidak ada jarak di antara kakak-adik, sekarang semua sudah ada jaraknya, karena uang, karena jarak, karena tingginya gengsi, dan sebagainya.

Penulis bisa katakan bahwa mereka sudah tidak akan lama lagi bersama kita. Mungkin 20 tahun lagi mereka akan benar-benar pergi, walaupun tidak tentu, bisa jadi kita yang duluan pergi meninggalkan mereka.

Orangtua butuh perhatian kita. Mereka butuh anak-anaknya yang bisa menjadi teman berbicara, butuh kita yang meramaikan suasana rumah, butuh kita pulang dan kumpul-kumpul semua.

Apakah mereka miskin perhatian? Penulis rasa itulah yang kebanyakan orangtua kita rasakan. Bukan egois, tapi sudah sewajarnya mereka mendapatkan kasih sayang. Perhatian komunitas bagaimanapun besarnya, tidak sebanding dengan perhatian seorang anak.

Mereka pasti tidak meminta kita untuk memprioritaskan mereka lebih dari pada prioritas kita pada istri dan anak kita. Mereka sadar diri, mereka juga sadar betul dengan keadaan kita. Namun perhatian ini sangat mereka butuhkan.

Dengan perhatian, mereka akan merasa lebih dicintai oleh anak-anaknya, mereka tidak akan merasa sendiri, mereka akan terobati hati rindunya, tidak sepi dan akan jauh lebih sehat karena hatinya senang.

Ingatlah bahwa mereka selalu mendoakan kita dalam setiap langkah kita, termasuk kesuksesan yang kita raih saat ini sebanyaknya karena doa-doa mereka.

Mama dari penulis adalah seorang janda, beliau sangat setiap berdoa untuk anak-anaknya saat malam sebelum tidur. "Tuhan berkati anak-anak kami, beri kesehatan, berkati kuliah dan sekolahnya, berkati juga pekerjaannya". Malah disebutkan nama kami satu-persatu.

Sampai hari ini juga begitu. Doa orangtua selalu tulus untuk anak-anaknya dan Tuhan suka doa yang seperti itu.

Kita sebagai anak bagaimana? Adakah kita telah mendoakan mereka? Seringkah kita berdoa? Silahkan kita evaluasi diri kita sendiri, tidak perlu melihat orang lain.

Adakah pembaca ingin menjadi anak-anak yang lebih memperhatikan orangtua di tahun 2020 ini?

Selamat berpraktik!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun