Mohon tunggu...
Hendy Adinata
Hendy Adinata Mohon Tunggu... Freelancer - Sukanya makan sea food

Badai memang menyukai negeri di mana orang menabur angin | Email: hendychewadinata@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Laporan Perjalanan Dinas Digital, Alternatif Penghematan Kertas

1 April 2019   15:44 Diperbarui: 2 April 2019   14:04 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: indiamart.com 

Bagi kita yang bekerja di lembaga pemerintah, perjalanan dinas mungkin sudah menjadi sesuatu yang biasa. Penulis sendiri dalam waktu 2 minggu kerja sudah melakukan perjalanan dinas. Sebuah kegiatan di luar kota untuk meningkatkan kapasitas dan memberi pemahaman kepada staf dan pimpinan sebuah divisi dan Penulis ikut di dalamnya. 

Perasaan saat itu adalah bahagia (maklum baru pertama kali) karena mendapat kesempatan. Seperti harapan Penulis juga, ingin bekerja namun tetap dapat mengembangkan diri.

Perjalanan dinas (perjadin) yang pertama tadi akhirnya membawa Penulis pada perjalanan selanjutnya dan selanjutnya lagi. Terus terang, semua perjalanan itu sebenarnya melelahkan. Yang diinginkan Penulis sebenarnya hanya pemahaman itu, bukan menghabiskan berjam-jam di jalan.

Juga dalam hal turun ke daerah, sebenarnya yang diinginkan Penulis hanyalah orang di daerah paham, bukan harus melakukan perjalanan yang berjam-jam ke sana (logikanya ndak salah kan?).

 Sepulangnya dari perjadin-perjadin tadi, ternyata Penulis harus membuat yang namanya Laporan Perjalanan Dinas. Tidak mengapalah membuat itu sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban karena untuk berangkat ke sana yang dipakai adalah "uangnya rakyat".

Hingga kini, sudah beberapa belas kegiatan yang diadakan dan laporan datang lisih berganti. Sangat enek (mau muntah, muak, mual) sebenarnya harus mengurus hal ini, monoton sekali, tidak berkembang sama sekali, apalagi kegiatan cetak mencetak yang dilakukan. 

Berbagi printer dengan sesama staf, menunggu teken dari pimpinan, memperbaiki redaksi yang kelirunya sebenarnya sedikit saja, belum lagi deadline tugas yang sedang menanti sedang laporan perjadin ini harus diselesaikan (perintah pimpinan karena ya tahu sendirilah uang). Penulis teringat kembali saat-saat menyusun skripsi di bangku kuliah dulu, alotnya minta ampun padahal barang ini mudah dan sederhana.

Sebulan mengamati, seperti judul tulisan ini. Penulis mendapati bahwa penggunaan kertas di suatu lembaga banyaknya minta ampun walau sebenarnya tidak layak dibandingkan dengan pemakaian pribadi. Kaitan penggunaan kertas dengan laporan tadi sangatlah relevan.

Laporan yang dibuat menghabiskan berim-rim kertas hanya untuk, maafkan ... "hal bodoh". Setelah laporan dibuat dan diuangkan, kertas yang tercetak mau diapakan lagi? Ya dibuang. Terus nasib kertas-kertas yang "salah ketik satu-dua huruf" tadi mau dikemanakan lagi? Ke tempat sampah. Dari beberapa laporan perjadin yang rapi tersusun di atas meja dan siap untuk diteken, tahukah sudah berapa kertas yang harus dibuang karena yang salah-salah tadi? Tak terhitung.

Tahukah warga pembaca bahwa Satu Rim kertas sama dengan satu pohon yang umurnya 4-5 tahun (data yang penulis dapatkan dari postingan PT. Dinamika Guna Sarana). Kebanyakan kertas dibuat dari pohon Pinus. 

Umumnya pohon pinus yang sudah berusia 4-5 tahun mempunyai diameter sekitar 30 cm dan tingginya 18,3 m. Pabrik pembuat kertas akan mengubah kayu menjadi pulp (bubur kertas). Hasilnya kira-kira 50% atau setengah dari pohon adalah simpul, lignin, dan bahan-bahan lainnya yang tidak baik digunakan untuk membuat kertas. Untuk perhitungan ini silahkan lihat link berikut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun