Mohon tunggu...
Hendy Adinata
Hendy Adinata Mohon Tunggu... Freelancer - Sukanya makan sea food

Badai memang menyukai negeri di mana orang menabur angin | Email: hendychewadinata@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengemis, Apakah Kita Salah Satunya?

29 September 2018   13:31 Diperbarui: 29 September 2018   15:18 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tadi pagi penulis bersama seorang teman pergi beli sarapan, kami pun memilih warung yang letaknya di depan kompleks sebelah yang selama ini hampir tidak pernah penulis perhatikan. Penasaran dengan apa yang dijual dan bagaimana rasanya, kami pun pergi ke sana dan cukup dengan jalan kaki saja. Ceritanya kami udah lama ndak sarapan bareng.

Makanan yang dijual ternyata bubur dan setelah pesan dua mangkok kami pun menunggu dan ngobrol di salah satu meja yang ada. Suasananya sangat sejuk karna payung yang cukup besar menutupi meja kami, menambah sejut karena di samping meja juga ada pohon-pohon. Memang warung ini yang beli bubur banyak.

Setelah menunggu beberapa menit kemudian buburnya pun datang. Langsunglah kami serbu tanpa menunda-nunda waktu lagi, hehehe

Karna keasikan makan dan ngobrol, tanpa memperhatikan keadaan sekitar tiba-tiba seorang bapak mengucapkan salam dengan Bahasa Arab "Assalamualaikum" sambil mengulurkan tangan.

Perawakan sang bapak sangat lusuh, memakai sebuah peci yang usang, kulitnya pun gelap karna sering terbakar terik matahari. Giginya banyak yang tanggal dan sisanya juga hitam, kalau penulis boleh memprediksi usia sang bapak mungkin sudah mau kepala tujuh.

Sebenarnya penulis sangat anti memberikan uang untuk orang semacam ini, apalagi kepada pengamen. Bagi penulis, orang-orang semacam ini adalah orang-orang malas yang tidak mau berusaha. Rasanya tidak pantas untuk iba pada orang-orang semacam ini. Lalulah penulis memberikan salam lima jari tanda menolak memberikan.

Tidak seperti penulis, teman yang duduk di depan penulis kemudian merogoh isi koceknya mengeluarkan selembar uang dan memberikan kepada bapak itu. Penulis tidak merasa bersalah dan tidak ingin membanding-bandingkan dia dengan diri sendiri. Dia mau dermawan ya silahkan.

Tidak pantas untuk iba bukan berarti tidak merasakan iba. Sebagai seorang yang sering membaca karya sastra, maka suasana hati yang dipenuhi dengan rasa kasihan pada seseorang itu adalah sangat umum. Termasuk ketika teman yang memberikan uang sekedarnya pada bapak ini, rasa kasihan mengusik hati penulis.

Bapak ini kemudian pergi setelah menerima uang itu, sambil membungkuk dan berkata terima kasih cuk beberapa kali.

Adapun definisi mengenai pengemis, dikatakan bahwa mengemis adalah hal yang biasa dilakukan oleh seseorang yang membutuhkan uang, makanan, tempat tinggal atau hal lainnya dari orang yang mereka temui dengan meminta. Pengemis sering meminta dengan menggunakan benda seadanya yang dapat dimasukkan uang dan kadang-kadang menggunakan pesan seperti "Tolong mas/mbak, saya tidak punya rumah" atau "Seikhlasnya mas/mbak...."

Mereka yang mengemis mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka umum mengharap belas kasihan orang lain dan kebanyakan dari mereka hidup mengelandang (berkeliaran/ tidak punya tempat tinggal tetap).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun