Mohon tunggu...
Hendy Adinata
Hendy Adinata Mohon Tunggu... Freelancer - Sukanya makan sea food

Badai memang menyukai negeri di mana orang menabur angin | Email: hendychewadinata@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Orang-orang Tua yang Menyesal

4 September 2018   15:26 Diperbarui: 4 September 2018   16:37 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com

Ahmad yang hanya lulus SD terpaksa harus cuti untuk bekerja menjadi tukang parkir untuk menghidupi dirinya dan adik. Ayah dan ibunya telah meninggal 2 tahun lalu. 

Kini Udin sudah masuk SD, Ahmad juga masih ada rencana untuk melanjutkan sekolahnya setelah ada program pemerintah yang memberikan sekolah gratis, ya mungkin secepatnya Ahmad akan bersekolah lagi dengan mencari pekerjaan yang lain sebagai ganti kerjanya yang sekarang. Ahmad ingin menjadi seorang Pilot.

Selang beberapa mobil pergi, tampak seorang bapak berpakaian rapi sekali berjalan menuju blok parkiran di depan Udin. Udin yang melihat bapak itu singgah tepat di mobil sedan hitam yang sempat ditunjuk oleh abangnya tadi kemudian menatap lekat-lekat bapak itu.

Rupanya sudah tua, wajah dan kulitnya keriput, kepalanya pun botak dan sisa-sisa rambut yang lain putih semua. Rupanya tua dan ringsek tapi mobilnya baru, mengkilap dan bagus sekali dipandang dari segala sisi. 

Bapak itu berdehem sambil berjalan seperti orang yang menderita sakit keras dan kesehatannya sudah rusak, tapi kondisi mesin mobilnya bagus dan bunyinya halus. Wangi parfum bapak itu tercium sampai ke hidung Udin, harum sekali. Tapi sekali lagi bapak itu seperti kata orang 'sudah bau tanah'.

Dibandingkan dengan abangnya yang masih muda, bahan Jasnya kasar sekali tapi kulit wajah abangnya lembut dan menarik karena ganteng, sedangkan bapak-bapak tua itu wajahnya kasar dan jelek, tidak menarik sama sekali tapi Jasnya bagus dan kainnya licin sekali. Kok terbalik ya? Begitulah benak si anak SD memikirkan perbedaan yang sangat kontras antar keduanya. Sangat tidak cocok.

Melihat seorang anak kecil yang terus menatapinya, bapak tua ini kemudian meraba-raba bibirnya yang kering, sambil merogoh sesuatu dalam koceknya mengeluarkan tangannya bersama sebuah hp, bapak itu menelepon seseorang.

Ahmad yang sehabis memandu mobil-mobil untuk keluar dari parkiran lekas berjalan menuju pak tua yang disebutnya sebagai Oom tadi. Singkat saja pak tua itu menelepon, mungkin hanya untuk memberitahukan sesuatu. Melihat Ahmad datang, pak tua itu sudah selesai menelepon dan memasukkan hp nya kembali dalam kocek.

"Hallo mad, apa kabarnya kamu?" Pak tua itu tersenyum. Setidaknya ketika senyum dia bertambah ganteng sedikit.

"Baik om Butar." Ahmad menyalami tangan pak tua itu seperti murid menyalami gurunya disekolah.

"Siapamukah itu mad? Dari tadi terus dia tatapi aku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun