Pemandangan seperti itu memang sudah beberapa kali kami lihat di youtube ataupun photo di internet, tetapi melihat dari youtube dengan mengalami dan melihat langsung adalah dua hal yang berbeda.Â
Belum lagi saat melihat ke bawah, ke arah panorama alam Kapadokya. Kami benar-benar dibuat takjub dan berkali-kali harus menahan nafas karena kagum dengan keindahannya.Â
Sesekali pilot menurunkan ketinggian balon hingga kami hanya beberapa meter saja di atas pilar-pilar batu hasil pahatan alam, kemudian pilot kembali menyalakan burner-nya yang membuat balon kami kembali membumbung di atas balon-balon lain. Benar-benar pengalaman yang sulit terlupakan.Â
Bersama dengan pilot dan wisatawan lain, kami merayakan keberhasilan penerbangan dengan membuka dua botol champagne dan pilot kemudian membagikan sertifikat.Â
Rencana kami sebenarnya hanya akan tinggal di Kapadokya selama dua hari. Tapi karena menunggu kesempatan terbang dengan balon, kami jadi harus tinggal lebih lama.Â
Akibatnya, penerbangan pesawat ke Istanbul dan connection-flight untuk pulang harus kami jadwalkan ulang. Meski demikian, kami tetap gembira dengan keputusan itu. Banyak wisatawan lain yang datang ke Kapadokya, namun gagal terbang dengan balon karena hambatan cuaca.Â
Balon Udara Sensitif Terhadap CuacaÂ
Kenapa balon-udara sangat sensitif terhadap cuaca ? Saat makan malam di hotel, saya bertemu dan ngobrol panjang-lebar dengan Oguzhan, pemuda setempat yang berprofesi sebagai tour guide, sebelumnya pernah berkerja sebagai crew balon udara.Â
Menurut Ogu -demikian dia minta dipanggil, angin adalah faktor paling menentukan dalam setiap penerbangan balon.Â
"Pembatalan penerbangan pada umumnya lebih disebabkan karena faktor angin daripada faktor lainnya" kata Ogu.Â