Mohon tunggu...
Hendrikus Dasrimin
Hendrikus Dasrimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pemerhati di bidang pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sejauh Mana Siswa Merdeka Belajar?

4 November 2022   20:02 Diperbarui: 4 November 2022   21:21 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa sedang praktek memasak dan menyajikan tumpeng (Dokumen Pribadi)

Behaviorisme dan Konstruktivisme merupakan dua teori pendidikan yang telah lama menjadi perdebatan kuat mengenai mana yang memiliki dampak yang lebih besar pada belajar siswa. Pada satu pihak, teori pendidikan behavioris memegang bobot sebagai model pembelajaran terbimbing tradisional di mana guru memandu pembelajaran. 

Siswa termotivasi secara ekstrinsik dan guru memberikan stimulus untuk mendorong pembelajaran. Di lain pihak, teori pendidikan konstruktivis muncul pada sebagian besar kurikulum dan instruksional sebagai model pembelajaran saat ini.

Menurut teori behaviorisme, untuk mencapai tujuan pembelajaran, seorang pengajar harus mengkodisikan lingkungan sedemikian rupa agar pelajar atau siswa dapat berperilaku sesuai dengan tujuan tersebut. Guru yang menggunakan perspektif behaviorisme akan memberikan penguatan (reinforcement) kepada para siswa. 

Dengan memberikan penguatan tertentu diharapkan tujuan pengajaran akan lebih efektif tercapai. Hal ini dipandang sebagai sebuah metode pembelajaran tradisional.

Sementara itu, pengaruh konstruktivisme pada saat ini semakin berkembang, mulai dari metode inkuiri dalam pembelajaran, pembelajaran kooperatif, dan pembelajaran kontekstual. Dengan menggunakan metode inkuiri, siswa diminta oleh guru untuk mengadakan penelitian tentang fenomena tertentu. 

Siswa diminta untuk merumuskan masalah dan membuat hipotesis, kemudian mengumpulkan data dan pada akhirnya siswa dapat menarik kesimpulan sendiri dari hasil temuannya. Karena itu peran guru di sini hanya sebagai pengarah atau fasilitator.

Selain pembelajaran inkuiri, saat ini dikembangkan pula pembelajaran kooperatif (cooperative leaning). Ada beberapa jenis metode pembelajaran kooperatif, antara lain Student Teams-Achivement Divisions (STAD), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), dan metode Jigsaw (Sharan, 1999).

Selain itu, akhir-akhir ini mulai berkembang di Indonesia sebuah metode pembelajaran kontekstual atau disebut Contextual Teaching and Leaming (CTL). Pembelajaran CTL merupakan proses pembelajaran yang tujuannya untuk membantu siswa memahami materi pembelajaran secara utuh, dengan cara mengasosiasikan pada konteks kehidupan mereka sehari-hari. 

Beberapa model pembelajaran ini tercover dalam kurikulum merdeka dan projek profil pelajar Pancasila.

Pertanyaannya: Perspektif mana yang tepat untuk pendidikan dan pembelajaran kita?
Apakah behaviorisme atau konstruktivisme?

Menurut saya, kedua pandangan ini dapat digunakan secara efektif dan saling melengkapi satu sama lain. Hal ini tergantung dari konteks, tahapan, dan kematangan siswa. Tidak semua hal, seorang guru langsung memberikan tugas kepada siswa untuk menjari atau mendalami materi tertentu. 

Sebaliknya tidak semua materi harus dijelaskan secara rinci oleh guru, tanpa melibatkan siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sebagai contah, dalam pembelajaran agama tentang materi-materi yang fundalamental, siswa tidak begitu saja dibiarkan mencari sendiri jawabannya. 

Pada tahap permulaan kegiatan pembelajaran, ataupun pada tahap akhir anak harus diarahkan sehingga tidak mereka tidak menyimpang dari ajaran yang benar. Mereka tidak bisa dibiarkan begitu saja untuk memahami tentang pengetahuan iman yang benar.

Hal yang sama juga berlaku untuk kegiatan-kegiatan praktikum. Pada tahap awal, guru harus memberikan arahan, baik secara lisan maupun dalam bentuk job-sheet, serta menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap untuk menjamin agar siswa bisa bekerja dalam suasana serius, nyaman dan aman.

Behaviorisme dan konstuktivisme tidak perlu dipertentangkan. Keduanya bisa digunakan sesuai dengan konteks dan kebutuhan dalam pembelajaran.

Semoga para pendidik dapat mengkombinasikan kedua pendekatan ini. Kurikulum merdeka dengan projek profil pelajar Pancasila sebagai salah satu kekhasannya, menghendaki agar kegiatan pembelajaran lebih menekankan keaktifan siswa, kreatif, dan kontekstual. Namun siswa perlu diarahkan sehingga tetap berada pada jalur yang benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun