Mohon tunggu...
Hendri Bun
Hendri Bun Mohon Tunggu... karyawan swasta -

www.bunhendri.com; Co-founder PT Mitra Pembelajar; Berpengalaman 15 tahun di industri pelatihan; Points of You Practitioner Certification by POY Singapore; Training for Trainer MBTI by Edutraco; Becoming an Excellent Trainer by PT Mitra Pembelajar; Author ‘505 Game: Dinamika Kelompok untuk Membangun dan Membentuk Tim yang Solid’; Berpengalaman melakukan berbagai pelatihan dengan sejumlah tema: team building, supervisory-leadership, communication, coaching, dan writing; Introvert EKSTRIM yang sukses beradaptasi menjadi Ekstrovert

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

(Millenials Series) Benarkah Mereka Bosanan, Kutu Loncat, dan Tidak Loyal?

12 Februari 2018   17:19 Diperbarui: 12 Februari 2018   17:34 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbagai lembaga survei mengatakan rata-rata seorang Milenial betah bekerja di sebuah perusahaan adalah maksimal 2 tahun. Wow, menakjubkan ya. Beda sekali dengan Gen X yang betah dan loyal untuk berkarya di sebuah perusahaan. Apalagi dibandingkan dengan Baby Boomers yang menganggap pekerjaan atau perusahaan adalah istri kedua sehingga haram hukumnya untuk pindah ke lain hati.

Tidaklah mengherankan apabila banyak pemimpin yang berteriak, kemudian memberikan cap kepada Milenial sebagai generasi kutu loncat yang doyan gonta-ganti pekerjaan. Selain itu, cap negatif seperti generasi yang tidak loyal, bosanan, serta menginginkan kesuksesan secara instan sering dialamatkan kepada mereka.

Yang menjadi pertanyaan apakah benar mereka memiliki sikap dan mental seperti yang sering dikatakan orang?

Salah satu alasan yang membuat Gen M betah untuk bekerja adalah adanya lingkungan kerja yang memberikan kesempatan kepada mereka untuk berbicara dan memiliki akses langsung dengan pemimpin mereka. Pemimpin yang dimaksud di sini bukanlah pemimpin satu atau dua layer di atas mereka, tetapi sampai ke pemimpin puncak. Mereka mengharapkan suasana kerja layaknya suasana rumah, di mana mereka dengan bebas berinteraksi dengan semua orang di dalam rumah, termasuk ortu mereka. Sehingga kalau suasana itu tidak mereka temukan, maka mereka akan berusaha untuk mencari 'rumah' lain.

Organisasi/perusahaan yang tanggap dengan fenomena ini tidak banyak pilihan kecuali berubah. Tidak heran kalau kita menemukan banyak perusahaan yang sudah merombak struktur organisasi mereka yang semula struktural menjadi flat. Kadang saking flatnya, hanya dikenal 2 jabatan yaitu operasional (menerima instruksi kerja) dan strategis (memberikan instruksi kerja). Kenapa hal ini dilakukan? Demi 75% tenaga kerja yang diproyeksikan akan memenuhi dunia kerja di tahun 2025.

Nah, bercermin dari kebutuhan ini, bagaimanakah struktur organisasi di tempat Anda?

-Hendri Bun
bun.hendri@gmail.com; www.bunhendri.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun