Mohon tunggu...
Hendri Muhammad
Hendri Muhammad Mohon Tunggu... Wiraswasta - Welcome Green !! Email: Hendri.jb74@gmail.com

... biarlah hanya antara aku dan kau, dan puisi sekedar anjing peliharaan kita

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Rumah Subsidi, Nasibmu Kini

6 Februari 2020   13:45 Diperbarui: 7 Februari 2020   23:55 1993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rumah (Kementrian PUPR)

Aku hanya terdiam setelah mendengarkan penjelasan Rikwan ini. Satu kalimat Rikwan selanjutnya malah cukup mengena dihatiku.

"Kita dulu pernah melewati masa-masa sulit, bang, dan kalau sekarang kita harus mendengar ada kawan yang sedang menghadapi masa sulit seperti dulu, rasanya bagaimana ya.."

***

Apa yang dialami oleh Pak Sony di atas memang merupakan kasus ekstrim; bisa jadi tidak banyak pengembang menghadapi situasi yang sama seperti yang dihadapi Pak Sony beberapa bulan sebelum tiba di penghujung 2019.

Namun, menjadi jelas bahwa peristiwa habisnya kuota FLPP tempo hari tidak hanya berdampak pada tertundanya keinginan masyarakat untuk mendapatkan rumah bersubsidi, tapi juga menimbulkan "korban" di pihak para pengembangnya.

Jika dirunut dari awal, kondisi ini dimulai ketika pemerintah memutuskan untuk mengurangi kuota FLPP perumahan bersubsidi di tahun 2019 menjadi hanya Rp 7,1 triliun untuk pembangunan 74.000 unit rumah dan sudah habis sebelum bulan Oktober.

Sebelumnya di 2018, pemerintah memberikan kuota FLPP sebesar 283.000, yang terdiri dari 225.000 unit FLPP dan 58.000 unit Subsidi Selisih Bunga (SSB). Dari jumlah tersebut, realisasinya adalah sekitar 260.000 unit.

Permasalahan yang terjadi di 2019 akan terakumulasi di 2020, dimana pemerintah hanya mengalokasikan kuota FLPP sebesar Rp 11 triliun untuk menyediakan pembiayaan bagi 102.500 unit rumah. 

Angka ini memang lebih besar dari 2019, namun perlu dicatat bahwa kuota ini sebagian akan digunakan untuk menutupi kekurangan kuota di 2019 lalu.

Beberapa pengamat memprediksi bahwa sisa kuota yang bisa digunakan untuk proyek pembangunan di 2020 hanya sekitar 80.000 unit saja, sementara permintaan masih tetap tinggi dimana angkanya diprediksi masih diatas 200 ribu unit.

Problem lain lagi adalah di sisi perbankan yang menjadi penyalur FLPP tersebut. Sejak program ini digulirkan, faktanya Bank BTN selalu tampil sebagai ujung tombak dengan memborong sebagian besar kuota FLPP. 

Pada tahun 2020, pihak Bank BTN hanya mengambil kuota sebesar 44 ribu unit (silahkan koreksi jika angka ini tidak akurat) yang akan dicadangkan untuk diserap secara maksimal oleh pengembang yang memanfaatkan fasilitas KPL KYG milik mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun