Mohon tunggu...
Hendra Wattimena
Hendra Wattimena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Alumni Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Pattimura

Blogger di www.sudutplambon.com, banyak membahas seputar dunia pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Transformasi Pendidikan Lewat Kurikulum Merdeka, Masalah dan Urgensinya

1 Februari 2023   21:01 Diperbarui: 1 Februari 2023   21:04 872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kurikulum Merdeka Belajar merupakan kurikulum pembelajaran yang menitikberatkan pada kelebihan dan minat siswa. Ini memungkinkan siswa untuk memilih apa yang ingin mereka pelajari berdasarkan kekuatan dan minat mereka. Kurikulum ini dimaksudkan untuk memberikan kebebasan dan keleluasaan yang lebih besar dalam belajar, sekaligus berfokus pada materi esensial dan pengembangan kompetensi siswa. Beberapa potensi kelemahan kurikulum ini antara lain potensi perubahan kurikulum karena pergantian menteri yang membidangi dan kurangnya kematangan dalam penyusunannya. 

Namun, pendukung kurikulum ini percaya bahwa hal itu dapat menumbuhkan budaya belajar yang lebih inovatif dan fleksibel, serta memberikan pemahaman konsep yang lebih dalam. Kurikulum dirancang juga untuk meningkatkan profil Pancasila siswa dengan memberikan kesempatan untuk menggali pengetahuan, mengembangkan keterampilan, dan memperkuat enam dimensi profil Pancasila.


Kurikulum Merdeka adalah kebijakan pendidikan yang diperkenalkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Hal ini bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih relevan, mendalam dan menyenangkan bagi siswa. Kurikulum dirancang untuk fokus pada materi esensial, pengembangan karakter, dan kompetensi siswa.


Ada beberapa alasan mengapa kurikulum Merdeka harus diterapkan, diantaranya:
Pertama, pembelajaran Berbasis Minat dan Bakat: Kurikulum Merdeka memfokuskan pada pembelajaran yang berdasarkan minat dan bakat siswa, sehingga memungkinkan peserta didik untuk belajar lebih efektif dan menikmati proses belajar.

Kedua, Pembentukan Karakter: Kurikulum Merdeka juga memfokuskan pada pembentukan karakter peserta didik, seperti kreativitas, inovasi, dan kemandirian, yang penting untuk mempersiapkan mereka untuk masa depan.

Ketiga, Penekanan pada Proses Belajar: Kurikulum Merdeka lebih menekankan pada proses belajar dibandingkan hasil belajar, sehingga memberikan ruang bagi peserta didik untuk berkembang dan mempelajari hal-hal yang benar-benar mereka minati.

Keempat, Peningkatan Kualitas Pendidikan: Menerapkan kurikulum Merdeka dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, karena memberikan peserta didik lebih banyak kesempatan untuk mempelajari hal-hal yang mereka minati dan membantu menciptakan generasi yang lebih kreatif dan inovatif.

Dengan menerapkan kurikulum Merdeka, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peserta didik dan masyarakat, dan membantu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Platform Merdeka Mengajar disediakan bagi guru dan kepala sekolah untuk mendukung proses pembelajaran kolaboratif di kelas dan menjadikannya lebih kreatif, bermakna, dan berpusat pada siswa. Kurikulum yang diterapkan di tingkat TK, SD, SMP, dan SMA mulai tahun pelajaran 2022/2023 dirancang untuk mendorong guru memilih berbagai perangkat pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran siswa. Konsep Merdeka Belajar merupakan inti dari Kurikulum Merdeka yang memungkinkan siswa untuk memperdalam minat dan bakatnya.


Merdeka Belajar adalah sebuah kurikulum yang diterapkan di sekolah Indonesia yang berfokus pada pembelajaran yang berbasis pada minat dan bakat siswa. Ada beberapa masalah yang sering muncul saat menerapkan kurikulum ini, antara lain:
1.Kurangnya sumber daya, seperti bahan ajar, fasilitas, dan tenaga pengajar yang kompeten untuk menerapkan kurikulum ini.
2.Kurangnya kesadaran dan pemahaman dari guru dan orang tua tentang filosofi dan tujuan dari kurikulum ini.
3.Adanya hambatan dalam melakukan pengukuran hasil belajar, karena sifat pembelajaran yang bersifat individual.
4.Masalah teknis dalam implementasi kurikulum ini, seperti permasalahan dalam pembagian waktu dan alokasi sumber daya.


Sebagai solusi, diperlukan kerjasama yang baik antara sekolah, guru, orang tua, dan pemerintah untuk memastikan kurikulum ini dapat berjalan dengan baik dan memberikan hasil yang optimal bagi peserta didik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun