Mohon tunggu...
Hendra Wattimena
Hendra Wattimena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Alumni Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Pattimura

Blogger di www.sudutplambon.com, banyak membahas seputar dunia pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Melihat Lebih Jauh Identitas Kota Ambon yang Semakin Hilang

29 November 2022   15:55 Diperbarui: 29 November 2022   16:04 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dispar.malukuprov.go.id 

Berbicara soal identitas kota, maka akan berbicara juga mengenai jati diri yang menjadi daya tarik dari keunikan suatu kota dengan karakter fisik serta sosialnya. Inilah yang akan menjadi pembeda dengan tempat lain. Keunikan tersebut berkaitan dengan adanya prinsip dari nilai, norma dan kebiasaan yang membentuk suatu kota.

Dengan identitas yang ada maka suatu kota akan lebih mudah dikenal dan diketahui secara baik dengan cukup melihat ciri-ciri, tanda-tanda, baik dari elemen fisik (tangible) maupun psikis (intangible).

Misalnya dalam suatu kota terdapat beberapa kawasan tradisional yang terdiri dari suatu etnis atau suku tertentu. Kawasan tematik ini biasanya telah beradaptasi dengan lingkungan di sekitar, yang diwujudkan dengan bentuk bangunan, adat istiadat dan gaya hidup sesuai kebudayaan mereka.

Pengaruh dari globalisasi budaya dalam kurun waktu belakangan ini memberi dampak pada timbulnya keprihatinan terhadap hilangnya individualitas dan distinctiveness antara satu tempat dengan tempat yang lain. Hal tersebut menyebabkan isu place identity menjadi sesuatu yang begitu penting dalam perencanaan dan perancangan kota.

Tiap kota yang ada di dunia memiliki jati diri atau ciri masing-masing yang ditandai dengan kondisi masyarakat dengan lingkungan (fisik) kotanya, di mana kebudayaan dari masyarakat berdampak terhadap fisik kota tersebut seakan menjadi jiwa dan karakter kota itu, serta aspek lingkungannya seakan merupakan tubuh atau raganya. Ibarat keduanya seakan seperti dua mata uang dengan sisinya.

Berbicara soal identitas kota, maka mari kita melihat lebih jauh soal identitas Kota Ambon yang seakan semakin hilang. Mengapa dibilang semakin hilang?

Mari kita telaah satu per satu mengenai identitas Kota Ambon. Pertama, jika mendengar Kota Ambon pastinya dipikiran anda akan merujuk pada kata manise, yah benar! Kota Ambon selalu dikaitkan dengan kata manise yang menjadi label dari kota ini.

Julukan Kota Ambon Manise adalah salah satu julukan dari kota ini yang berkesan bagi orang luar Ambon. Kata ini mengisyaratkan bahwa Kota Ambon adalah sebuh kota yang menarik, kota yang memberi hiburan, kota dengan penduduknya yang ramah, baik dari aspek fisik infrastruktur maupun interaksi sosial. Sapaan atau julukan Ambon Manise tetap melekat dan dipertahankan hingga detik ini. Namun kenyataannya, apakah Kota Ambon sudah dikatakan manis sesuai dengan slogannya tersebut?

Faktanya, tidak demikian! Kota Ambon masih jauh dari kata manise. Berbagai permasalahan tata ruang yang terjadi membuat kota ini seakan semrawut, mulai dari permasalahan persampahan yang tak kunjung selesai diurus oleh pemerintah, masalah macet, kepadatan penduduk, pelanggaran tata ruang, hinggah persoalan tata kelola pemerintahan yang dilihat masih sangat kurang.

Misalnya saja permasalahan sampah yang seakan menjadi momok bagi kota berjulukan manise tersebut, sebagai daerah pesisir permasalahan sampah seakan tidak mampu terkontrol secara baik. Laut sudah menjadi tempat sampah oleh masyarakat. Kesadaran akan lingkungan tidak diperhatikan secara serius.

Pada tahun 2019, jumlah sampah di Kota Ambon menurut data dari Dinas Lingkungan Hidup dan Persampahan (DLHP) mencapai angka 268, 57 ton per hari dengan terus mengalami peningkatan jumlahnya. Di tahun 2022, volume sampah di Kota Ambon mencapai 220 ton per hari dan itu merupakan sampah yang masuk tempat pembuangan akhir (TPA), belum lagi sampah yang begitu banyak berserakan di pesisir pantai, sebut saja di pesisir Teluk Ambon dan sekitar Jembatan Merah Putih. Jika mengunjungi kawasan tersebut, anda akan lihat begitu banyak sampah plastik berserakan di pesisir pantai dan laut. Mirisnya, pemerintah sampai saat ini belum mampu mengatasi permasalahan ini ditambah lagi dengan sistem pengelolaan sampah yang hanya tampung, angkut dan buang. Maka dapat dipastikan, bahwa dalam beberapa tahun ke depan TPA akan penuh, sehingga seharusnya pemerintah perlu mempersiapkan sistem pengelolaan daur ulang sampah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun