Mohon tunggu...
Hendra Kumpul
Hendra Kumpul Mohon Tunggu... Lainnya - Ro'eng Koe

Sedang Belajar Menulis ndakumpul@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

ODGJ dan Filsafat Wajah Emmanuel Levinas

30 Maret 2020   09:49 Diperbarui: 18 April 2020   17:36 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Emmanuel Levinas. Sumber: Pinterest.

Dalam realitas kehidupan sehari-hari, kita pasti pernah melihat, mendengar, atau menjumpai orang dengan ganguan jiwa (ODGJ) yang kondisi kehidupannya mengenaskan karena distigmatisasi sebagai orang yang berperilaku aneh, sarkais, dan melakukan kekarasan terhadap orang lain dan dirinya sendiri tanpa alasan yang mumpuni. Hal ini menyebabkan kebanyakan ODGJ diasingkan dari tatanan kehidupan sosial, seperti dipasung, didiamkan di Rumah Sakit Jiwa, dan bahkan secara tragis dibiarkan berkelana secara bebas tanpa ada rasa perihatin atau belaskasih dari keluarga, sahabat, dan kenalan. Untuk peristiwa yang terakhir ini, penulis sering melihatnya terjadi di Maumere (tempat studi penulis).

Di Maumere, banyak ODGJ berkelana tak karuan dari satu kampung ke kampung lain dengan berjalan kaki. Tak pernah terlihat mereka membawa bekal untuk berjaga-jaga ketika rasa lapar melanda perut. Kebanyakan orang pun tak mengetahui secara pasti apa yang mereka makan saat lapar, khususnya ketika sendirian di tempat yang jauh dari pemukiman penduduk. Namun secara tak sengaja, penulis pernah melihat mereka memakan daun-daun secara serampangan dan mengais tempat sampah untuk mencari sisa-sisa makanan untuk dimakan. Anehnya, perilaku mereka tersebut sering dijadikan sebagai bahan candaan sebagian besar masyarakat.

Anak-anak pun secara bebas melempari mereka dengan batu atau memukuli mereka dengan kayu. Selain itu, mereka juga tak mempunyai tempat yang nyaman untuk tidur. Biasanya mereka tidur beralaskan gardus bekas di pelataran pertokoan pada malam hari dan keesokan paginya pemilik atau pelayan toko mengusir mereka secara tak manusiawi. Setelah itu, mereka kembali berkelana tak karuan dari satu tempat ke tempat lain. Tanpa ada yang menggubris. Tanpa ada yang menaruh belas kasihan.

Hemat penulis, saat ini mungkin merekalah orang yang terinfeksi COVID-19 secara cepat, sebab jarang ada orang yang ingin mengamankan mereka atau memasung mereka agar tak berkeliaran sembarangan. Dalam hal ini, mereka sepertinya mahluk asing yang tak lagi dihiraukan eksitensi dan esensinya sebagai manusia.

Berdasarkan kenyataan miris di atas, penulis ingin mengkaji ODGJ secara komprehensif dalam terang "filsafat Wajah" Emmanuel Levinas.

Selayang Pandang Filsafat Wajah Emmanuel Levinas 

Emmanuel Levinas dilahirkan pada 12 Januari 1906 di Kaunus, Lithuania sebagai anak seorang Yahudi. Pada tahun 1923, Levinas pindah ke Paris, Perancis. Kemudian Levinas mengikuti kuliah-kuliah yang diberikan oleh Husserl dan Heidegger di Jerman yang berpengaruh besar terhadap pemikiran filsafatnya. Pada 1961, terbit buku pertama Levinas yang berjudul Totalite et Infini (Totalitas dan Ketakberhinggaan).

Buku ini merupakan karya monumentalnya dalam bidang filsafat dan meembuatnya menjadi salah satu filsuf besar pada abad ke-20. Selain itu, Levinas juga menulis ratusan karya filsafat yang telah diterbitkan. Levinas meninggal dunia pada 25 Desember 1995 di Paris, Perancis (Franz Magnis-Suseno, 2006: 85-86).

Pembahasan Levinas tentang filsafat wajah terdapat dalam karya filsafatnya yang paling masyur, Totality and Infinity (versi bahasa Inggris). Dalam buku ini dijelaskan tentang ketakberhinggaan yang menjadi pintu masuk menuju pemikiran Levinas tentang wajah. Levinas membedakan ide dan ideatum agar mengerti tentang ketakberhinggaan. Ide adalah realitas kesadaran yang aktif dalam pikiran manusia, sedangkan  Ideatum adalah realitas ketakberhinggaan yang melampaui pikiran manusia (Felix Baghi, 2012:60).

Ideatum selalu menjadi daya tarik dan kerinduan ide-ide yang ada dalam pikiran manusia karena ada jarak yang tak terhingga yang membentangi keduanya serta misteri yang ada di balik ideatum. Bagi Levinas, ideatum merupakan sesuatu yang lain secara absolut. Ia bersifat heteronom, artinya Ia datang dari atas sebaggai yang mahatinggi yang melampaui dunia fisis-empiris. Levinas menyebutnya yang di sebrang ada (Levinas, 1995:11).

Yang lain secara absolut kemudian menampakkan dirinya dalam wajah. Wajah bukan berarti muka secara empiris, melainkan bahasa yang digunakan Levinas untuk menyatakan beberapa figur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun