Mohon tunggu...
Hendra Josuf
Hendra Josuf Mohon Tunggu... Lainnya - berdiam di new york city, usa

sekolah tinggi bahasa asing di tangerang

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Paradise Island, Bahamas

7 Oktober 2021   06:40 Diperbarui: 7 Oktober 2021   06:46 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok;Bahamasgeotorism.com

Di akhir musim panas rupanya kami masih di berkati Tuhan vacation ke Paradise Island Bahama.

The Bahama adalah sebuah negeri kecil yang  hanya berpenduduk sekitar 400.000 orang dan terletak di kepulauan Caribia, di bagian selatan dari Amerika Utara.

Sebagai negara tropis kecil yang mempunyai dua musim, seperti Indonesia, maka Bahana dengan ibukota Nassau, menjadi tempat"pelarian" buat  penduduk yang bertempat tinggal di negara yang mempunyai musim dingin.

Namun di musim panaspun pulau ini banyak di kunjungi, mungkin karena letaknya yang strategis, yaitu tidak berjauhan dari Florida dan Cuba. 

Menurut sopir merangkap guide kami banyak artis2 kaya  berinvestasi disana dengam membangun mansion sebagai tempat beristirahat. Dan diantara para artis, dia menyebut nama Edhy Myrphy.

Memang pendapatan devisa terbesar Bahama  berasak dari sektor industri parawisata, finance, dan agriculture.

Disaat kami  berempat tiba di airport terlihat hampir seluruh ruangan di penuhi orang hitam, maklum 90 % penduduk negara bekas jajahan Inggris ini orang hitam lalu mendapat kemerdekaan mereka di tahun 1973.

Pemeriksaan immigrasi tidak terlalu ketat sebab telah kami persiapkan document sebelum berangkat, diantaranya, Visa Kesehatan Bahama, Kartu Vaccine 2x, Passport dll.

Yang sedikit menherankan, shuttle Bus yang menjemput kami tidak ada penumpangnya  selain kami berempat, mungkin tourist hanya sedikit tahun ini, tebak saya sedikit lemas, lalu  melepas pandang  keluar jendela mobil mengamati suasana kota downtown Nassau. Rumah2 penduduk bercat menyala, pertokoan  sepi, gedung kantor bank juga nampak muram.

Sopir bus mulai ngoceh, kata dia  sebelum 9/11, suasana kota amat ramai  karena  perekonomian waktu itu masih bagus, now still bad, lebih2 Covid19 masih ada membuat penduduk/pembeli takut keluar rumah. Mungkin juga  mereka tidak punya uang.

Pendapatan devisa  amat tergantung pada turis  lewat udara dan kapal pesiar yang datang seminggu sekali. Nilai tukar uang Bahama ke US dollar sama besarnya,  tidak untung, susah menabung  karena barang2 konsumsi mahal. Si sopir menambahkan bahwa tidak  satupun pabrik di negara mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun