Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pemberontakan Narapidana Kedunggede

4 September 2022   05:30 Diperbarui: 4 September 2022   06:17 1364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada 4 September 1948, pernah terjadi sebuah perlawanan besar dari balik jeruji besi terhadap Belanda. Tidak hanya dari aksi gerilya atau penyergapan yang terkoordinir, melainkan dari para tahanan Republik di tengah tangsi militer Belanda Karawang. Tepatnya di penjara Kedunggede.

Dahulu daerah Kedunggede ini masuk kedalam administratif Kab. Bekasi, tetapi kini masuk dibawah pemerintahan Kab. Karawang. Disamping itu, antara Bekasi dan Karawang memang telah dijadikan pusat kekuatan Belanda selama kurun 1947 hingga 1948. Apalagi jika hendak memburu para pejuang Republik.

Pusat kekuatan militer Belanda di Karawang memang secara fasilitas dapat dikatakan lengkap. Baik untuk landasan tempur, artileri medan berat, kavaleri, hingga persenjataan serbu lainnya. Dimana hal itu secara praktis dapat memberi kekuatan untuk memberi penjagaan kepada sebuah penjara politis dan militer di daerah Kedunggede.

Selain dari para pejuang dan politisi, penjara ini juga menjadi sarang dari para kriminil yang dianggap mengganggu Belanda. Walau banyak diantaranya didapatkan melalui aksi main tangkap kepada setiap orang yang dicurigai. Wah, sedikit curiga, bisa auto bui. Tetapi memang faktanya kala itu demikian, masih hukum militer yang berlaku.

A.H. Nasution pernah menyinggung kisah para pejuang yang berontak dari dalam penjara dalam buku "Sekitar Perang Kemerdekaan". Dikarenakan faktor over kapasitas, para tawanan melancarkan perlawanan kepada para sipir Belanda. Semuanya tentu saja berawal dari aksi penangkapan besar-besaran terhadap rakyat Karawang, seperti di daerah Cibarusah.

Kecurigaan Belanda terhadap pasukan Barisan Bamboe Roentjing (BBR) yang berbaur dengan rakyat, menyebabkan aksi main tangkap para serdadu Belanda terhadap orang-orang yang dicurigainya. Biasanya aksi penangkapan tersebut dilakukan dengan cara-cara kekerasan, dan kerap menimbulkan konflik pribadi.

Khususnya terhadap para sipir yang menjaga penjara Kedunggede. Mereka kerap melakukan penyiksaan diluar batas kemanusiaan, hanya demi mencari informasi keberadaan para pejuang. Hal inilah yang mengakibatkan persoalan di dalam penjara semakin keras.

Ribuan rakyat yang ditangkap semua dijejalkan di penjara ini. Alih-alih agar dapat fokus menjaga, justru perlawanan besar yang terjadi. Bentrokan antar para penghuni penjara dengan sipir tidak bisa dielakkan, dan dengan segera seluruh area penjara dapat dikuasai oleh para pejuang bersama kriminal lainnya.

Seakan tidak ada konflik sosial diantara mereka, yang ada hanya satu tujuan bersama. Saling bahu untuk menghadapi pasukan militer yang tengah didatangkan untuk meredam kerusuhan. Sesaat sebelum serangan kedua dimulai, mereka mempersenjatai diri dengan alat alakadarnya, walau beberapa orang mendapatkan senjata api.

Tak lebih banyak persenjataan yang lebih baik daripada semangat juang yang terus berkobar. Pasukan Belanda yang sesaat kemudian datang dan bersiap, lantas mengepung area penjara dengan pusat serangan di area pintu utama. Hingga komando serangan dimulai dengan pekik merdeka dari para penghuni penjara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun