Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjaga Kibar Merah Putih dari Pelosok Desa

21 Agustus 2022   06:30 Diperbarui: 25 Agustus 2022   12:24 1121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Putri dan Cahya tengah bermain bendera

Tidak ada kalimat selain bahagia, bila melihat mereka bermain disekitar area perbukitan yang kental dengan kisah sejarahnya. Bukan sekedar kisah, tetapi memang fakta, bahwa area perbukitan di Kabupaten Karawang ini merupakan area gerilya para pejuang sejak masa mempertahankan kemerdekaan dahulu kala.

Terlebih pada masa Agresi Militer Belanda II terjadi kala itu di lokasi ini. Dari area desa Tegalwaru hingga desa Cipurwasasi, memang terbentang perbukitan yang memiliki kontur memadai untuk melancarkan perang gerilya. Sekitar tahun 1948, banyak terjadi baku tembak di daerah ini, khususnya dari para pejuang yang kerap bermarkas di area perbukitan ini hingga ke gunung Sanggabuana.

Napak tilas sejarah di daerah ini pernah penulis ungkap pada artikel Pertempuran Gunung Go'ong. Dimana para pejuang terdesak oleh serangkaian serangan dari Belanda, hingga 40 pejuang gugur beserta ribuan rakyat yang telah menjadi korban lainnya. Tak ayal, maka di sekitar daerah ini ada monumen Gempol Ngadeupa, yang dijadikan simbol untuk menghormati para pejuang dahulu.

Tetapi, bila diperhatikan dari lingkungan desa setempat, yang memang berada di kaki-kaki perbukitan ini maka dapat disimpulkan bahwa persoalan ekonomi memang menjadi masalah utamanya. Tidak hanya ekonomi, aksesibilitas juga dirasa sangat kurang baik, yang tentu saja sangat mempengaruhi roda ekonomi warganya.

Secara faktual, bila diteliti lebih jauh, banyak diantara warga yang tinggal adalah para veteran atau pejuang pada masa kemerdekaan dahulu. Terlebih ketika masa mempertahankan kemerdekaan, banyak kisah sejarah yang dapat diambil dari lokasi ini. Kebetulan penulis kerap mengunjungi desa di sini sejak tahun 2007 silam.

Semangat berkisah mengenai berbagai peristiwa sejarah sering penulis dengar dari Abah Dalang ataupun Wak Slamet. Di area yang dahulu dikenal dengan nama Ci Cau, adalah salah satu markas para pejuang Siliwangi yang memburu simpatisan DI/TII. Maka wajar, jika area tersebut kerap dipakai untuk latihan gerilya tentara, hingga kini.

Anak-anak disini suka menceritakan kisah dusunnya kepada para pendatang. Apalagi untuk sekedar mengunjungi monumen Gempol Ngadeupa. Walau harus melewati perbukitan terjal, sambil tracking seraya mengingat perjuangan para pahlawan dahulu kala.

Dokpri. Merdeka belajar
Dokpri. Merdeka belajar

Semangat perjuangan yang tentu saja menular kepada anak-anak disana, karena bila mereka hendak berangkat ke sekolah terdekat saja harus ditempuh dengan menuruni perbukitan berbatu. Untuk tingkat dasar, ada SD Wargasetra sejauh 2 km, tetapi, jika ingin lanjut ke jenjang SMP, maka harus menempuh jarak sekitar 5 km.

Fyi, disini gak ada angkot lho ya. Akses yang tentu saja membutuhkan perjuangan dan niat besar untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Walau telah diupayakan mendirikan rumah baca yang ramah anak, tetapi memang aksesbilitas tetap menjadi kendala yang utama. Terlebih jika waktu penghujan tiba, jalanan lumpur sudah menjadi keseharian anak-anak disana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun