Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Peresmian Jalur Kereta Api Pertama di Indonesia

10 Agustus 2022   12:00 Diperbarui: 10 Agustus 2022   12:05 1305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Kereta uap (Stasiun Ambarawa)

Kita sudah pasti sangat familiar dengan moda transportasi yang satu ini. Kereta api, yang selalu dinanti untuk dapat ditaiki. Mungkin seperti itu bayangan kita bila mengingat masa kecil kita dahulu. Bergerak melaju diatas rel-rel baja, dengan nuansa nostalgia yang kerap membangkitkan berbagai kenangan indah didalamnya. Ya, itulah kereta api.

Moda transportasi yang sudah dikenal sejak masa Hindia Belanda. Siapa lagi kalau bukan mereka (Belanda), yang memperkenalkan bangsa Indonesia selangkah lebih maju dalam urusan transportasinya kala itu. Sebuah hal positif tentunya bukan, selain dari orientasi eksploitasi sumber-sumber ekonomi agar mudah dalam proses produksi maupun distribusi.

Ialah perusahaan Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) yang memprakarsai dan kemudian diresmikan untuk keperluan ekonomi dan mobilisasi masyarakat (kemudian). Tepatnya pada tanggal 10 Agustus 1867, jalur kereta api Samarang-Tanggoeng dibuka. Jalur kereta api sepanjang 25 km, ini mengarah dari Semarang hingga Grobogan, dengan jarak tempuh kurang lebih selama 1 jam.

Kala itu, antusiasme masyarakat memang sungguh luar biasa. Peralihan moda tradisional ke moda modern, sudah semakin tampak di depan mata. Maka wajar, bila pembangunan jalur-jalur kereta api kerap melibatkan tenaga rakyat, baik berbayar ataupun tidak. Bukan berarti merugikan, tetapi lebih kepada optimalisasi transportasi darat yang lebih efisien.

Walau jalur kereta api pertama telah dibangun sejak bulan Juni 1864 (rel kereta api pertama di Jawa), tetapi baru diresmikan beberapa tahun kemudian. Hal ini dikarenakan penerapan pola administratif yang agak terhambat, karena telah banyak moda transportasi yang telah ada sebelumnya. Ya, sekedar pembagian tugas dan penerapan sistem tarif yang terjangkau.

Kala pertama kali dibuka, tarif naik kereta api adalah 0,45 Gulden, 1,5 Gulden, hingga 3 Gulden. Semua tentu punya fasilitasnya masing-masing.

Tetapi, karena kerap terendam banjir rob, stasiun Samarang pindah ke Semarang Tawang untuk aktivitas transportasi dan bongkar muat barang. Pasti seru ya, jika kita bisa secara langsung mengeksplore jejak-jejak sejarah perkeretaapian Indonesia.

Terlebih ketika ada upaya reaktivasi lagi rel atau jalur mati untuk proyek kereta api wisata. Wah, pasti seru dan menarik untuk diikuti.

Bukan hal yang tidak mungkin, bila pengenalan sejarah bangsa ini dapat dimulai dari kecintaan terhadap hal-hal yang menyenangkan bukan?

Maklum, kebetulan penulis juga penyuka kereta api. Jadi kisah ini pun hadir dari kecintaan terhadap sejarah kereta api Indonesia. Maju terus perkeretaapian Indonesia. Semoga bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun