Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berbagai Kisah Menarik Gerilya Jenderal Soedirman (2-Habis)

6 Agustus 2022   06:00 Diperbarui: 6 Agustus 2022   06:02 1703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan gerilya Panglima Besar karya Hardjanto (wikipedia)

Seperti pada artikel sebelumnya dalam kisah unik Panglima Besar selama bergerilya, pada kesempatan ini penulis akan lanjutkan kisah menarik lainnya. So, tunggu apa lagi, jutsu apalagi yang kira-kira Panglima Besar kuasai dalam menghalau serangan Belanda. Kepoin yuk...

Setelah meninggalkan Kediri untuk kembali bergerilya, Panglima Besar beserta rombongannya akhirnya harus melewati belantara dan terjalnya area Gunung Wilis. Disini, beliau kerap digendong oleh pengawalnya, karena medan yang sulit untuk dilalui. Bayangin aja, kita yang kerap hiking atau tracking saja harus membawa perbekalan yang lengkap untuk melewati lereng gunung ini.

Setelah berhasil mengelabui Belanda di Kediri, maka rombongan kemudian menuju desa Bajulan, sekitar 295 km sudah rute gerilya dilalui oleh mereka. Hingga ketika tiba di Bajulan, ada kisah yang tampaknya jelas menunjukkan "kesaktian" Sang Jenderal.

Keenam sesaat setelah sampai di Bajulan, Nganjuk seketika dikejutkan dengan suara raungan mesin pesawat pembom Belanda. Seketika penduduk desa langsung berlarian ke sekitar hutan. Tetapi tidak dengan Jenderal Soedirman. Seperti pengakuan Jirah (seorang warga Bajulan) yang melihat beliau merapalkan doa-doa di depan sebilah keris, sesaat pesawat hendak melintasi desa.

"Semakin dekat suara pesawat, terdengar semakin kencang doanya", ungkap Jirah kala itu. Dimana faktanya tidak ada satu bom pun yang jatuh ke desa! Seolah-olah desa Bajulan tidak terlihat oleh pesawat Belanda. Apakah ini adalah meisasigakure no jutsu!? Tapi ini satu desa lho! Keren banget gak tuh.

Padahal Sang Jenderal hampir satu minggu beristirahat di desa ini. Bahkan para mata-mata Belanda tidak mengenalnya. Nah lho. Karena selama di desa ini, beliau dipanggil dengan nama Kyaine, yang kerap membantu mengobati penduduk desa yang sakit dengan doa-doa yang dipanjatkan oleh beliau. Luar biasa memang.

Ketujuh kisah menarik lainnya adalah tatkala rombongan terjebak di sekitar lereng Gunung Wilis oleh pasukan Belanda yang telah mengepung. Tiba-tiba Sang Jenderal mencabut sebilah keris seraya mengacungkan ke langit, sambil berdoa dengan khusyuk dan seketika, jederrrrrr! Kilat menggelegar. Ujojizai no jutsu-nya Nagato keluar seketika. Hujan pun turun begitu lebat, dan para pejuang selamat dari kepungan.

Kedelapan selain "dianggap" ahli dalam seni meloloskan diri. Jenderal Soedirman juga dikenal kerap membantu masyarakat yang tengah sakit. Berbekal doa-doa yang dipanjatkan, beliau kerap dianggap sebagai seorang sakti yang memiliki ilmu penyembuh ala byakugo seperti Sakura dan Tsunade dalam serial komik Naruto.

Kesembilan ini mungkin kisah yang agak gak masuk akal. Seperti yang dikisahkan oleh Muhammad Teguh Bambang Tjahjadi (anak bungsu Jenderal Soedirman), dari kisah seorang santri di Pesantren Krapyak. Dalam sebuah pertempuran sengit, diketahui beliau mampu menjatuhkan sebuah pesawat tempur Belanda hanya dengan meniup bubuk merica yang diarahkan ke pesawat tersebut. Wah! Jutsu apakah ini?

Kesepuluh ini gak kalah keren, karena Jenderal Soedirman bahkan sanggup mendirikan markas gerilya di Sobo, Pacitan. Bahkan selama beberapa bulan beliau bersama pasukannya stay disana. Tanpa mampu dideteksi oleh mata-mata Belanda, hingga mampu merancang siasat Serangan Umum terhadap Jogjakarta. Lebih berkelas dari para hokage ini mah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun