Tanggal 6 Juli 1949, Soekarno dan Moh. Hatta telah kembali dari pengasingannya di Bangka. Sultan Hamengkubuwono IX kala itu "dapat saja" mengikrarkan dirinya sebagai pimpinan kekuasaan Republik, tetapi hal itu tidak terjadi. Sultan menyerahkan mandat kepada Soekarno untuk kembali memimpin bangsa ini, dimana Jogjakarta adalah bagian dari negara Republik Indonesia.
Suatu sikap ksatria dan luar biasa tentunya. Terlebih dalam mengatasi persoalan finansial Negara, Pemerintah mendapatkan dukungan dana yang luar biasa dari Sultan Hamengkubuwono IX, yakni sebesar 6,5 juta gulden atau sekitar 530 miliar rupiah. Kisaran yang sangat fantastif bila disesuaikan dengan kurs saat itu.
Maka, tidak ada yang perlu diragukan kembali mengenai eksistensi Sultan Hamengkubuwono IX sejak masa revolusi fisik terjadi. Bukan sekedar mendukung pemerintahan, selama masa-masa gerilya, para pejuang juga senantiasa mendapatkan suplay logistik secara sistematis dari Sultan. Begitupula hubungannya dengan Panglima Besar Jenderal Soedirman.
Itulah sekiranya yang dapat penulis sampaikan. Peristiwa Jogja Kembali, bukan hanya persoalan peralihan kekuasaan antara Belanda kepada Indonesia. Melainkan siapa tokoh dibalik layar yang memuluskan proses-proses peralihan tersebut, untuk dapat diungkap kepada publik sesuai fakta dan data sejarah yang ada. Dari peristiwa Jogja Kembali kita ambil hikmah. Semoga bermanfaat.