Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Geger Sepehi, Peristiwa yang Membuat Malu Inggris

20 Juni 2022   06:00 Diperbarui: 20 Juni 2022   07:03 2876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keraton Jogjakarta (kebudayaan.jogjakota.go.id)

Masyarakat umum mungkin nyaris tidak mengenal peristiwa Geger Sepehi. Peristiwa yang terjadi pada 19-20 Juni 1812 ini, pernah dianggap sebagai aib bagi Kerajaan Inggris. Kala itu pada tahun 1811, Inggris sempat menguasai Indonesia karena Kapitulasi Tuntang atau Perjanjian Tuntang.

Perjanjian penyerahan kekuasaan Belanda kepada Inggris ini terjadi sebagai akibat dari jatuhnya Batavia ke tangan armada Inggris, yang dipimpin oleh Thomas Standford Raffles. Dimana atas jasanya menaklukkan Belanda di kawasan Hindia, maka Raffles diberikan kekuasaan sebagai Letnan Gubernur Jawa. Ia berkedudukan di Buitenzorg (Bogor) sebagai basis utama kekuatan Inggris.

Banyak hal positif yang telah Raffles lakukan selama berkuasa di nusantara, diantaranya adalah penemuan bunga bangkai, yang dinamainya dengan Rafflesia Arnoldi. Dimana hal penting lainnya adalah membangun Kebun Raya Bogor sebagai area penelitian bagi habitat flora dan fauna di nusantara.

Selain membuat buku History of Java, ia juga mengembangkan sistem pemerintahan berbasis karisidenan di Jawa. Hal ini dilakukan untuk membatasi kegiatan politik para penguasa lokal. Dengan mengubah sistem pemerintahan feodal dan turun temurun menjadi sistem pemerintahan bergaya barat.

Ketika ia berhadapan dengan Kesultanan Jogjakarta, justru bukanlah kerjasama yang didapatkannya, melainkan perlawanan. Sultan Hamengkubuwana II secara tegas menolak berbagai tawaran Inggris untuk mengatur pemerintahan bergaya barat. Hal ini adalah serangkaian persoalan yang mulai menjelaskan bahwa Inggris berupaya mengatur Kesultanan Jogjakarta.

Hingga pada tanggal 13 Juni 1812, secara tiba-tiba sekitar 1000 pasukan Inggris memasuki benteng Vrederburg . Bersamaan dengan datangnya Raffles ke Jogjakarta pada 17 Juni, rangkaian upaya komunikasi dengan pihak Kesultanan Jogjakarta tidak membuahkan hasil positif.

Ilustrasi Geger Sepehi (kebudayaan.jogjakota.go.id)
Ilustrasi Geger Sepehi (kebudayaan.jogjakota.go.id)

Bombardemen Inggris kepada Keraton itu dimulai sejak tanggal 19 Juni, dimana pertempuran utamanya terjadi pada esok harinya tanggal 20 Juni 1812. Setelah berhasil mengalahkan kekuatan pasukan meriam Keraton, para pasukan Inggris mulai menaiki setiap sisi Keraton menggunakan tangga.

Penembakan terhadap plengkung Tarunasura dan pintu Pancasura, semakin membuat pihak penyerang leluasa untuk masuk ke area Keraton. Terlebih ketika pasukan Inggris berhasil mengepung kedhaton (pusat Keraton), serta merta mereka langsung menjarah harta benda dan berbagai macam pusaka Kesultanan lainnya.

Seperti yang dilansir oleh National Geographic Indonesia, sekurangnya ada 7000 naskah-naskah penting yang "dijarah" Inggris ketika peristiwa itu terjadi. Berikut dengan keuangan atau perbendaharaan Keraton, yang langsung diambil alih oleh Inggris. Total uang yang diambil menurut beberapa literasi mencapai 500.000 gulden.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun