Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Keluarga Pejuang Kemerdekaan

30 Maret 2022   23:24 Diperbarui: 30 Maret 2022   23:43 1137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi keluarga pejuang (dok. Tugu Tani. By: Jakarta-tourism.go.id)

Pada beberapa literasi sejarah, kisah keluarga-keluarga pejuang banyak ditemui dalam berbagai peristiwa sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Sesuai catatan sejarah, fakta mengenai keluarga pejuang ini dapat kita mulai melalui kisah Perang Aceh pada tahun 1873. Dimana dua keluarga pejuang dipertemukan pada masa pertempuran melawan Belanda di Aceh, yakni Teuku Umar bersama Cut Nyak Dien.

Teuku Umar sendiri berasal dari keluarga yang gigih menentang dominasi Belanda di Aceh, begitupula dengan Cut Nyak Dien. Suami Cut Nyak Dien, Teuku Ibrahim Lamnga, dikenal sebagai pejuang yang gugur ketika berhadapan dengan Belanda pada pertempuran Gle Tarun. Dimana pada akhirnya, Teuku Umar dan Cut Nyak Dien memutuskan untuk menikah pada 1880. Dua kekuatan besar bersatu dalam serangkaian Perang Aceh kala itu.

Tidak hanya kisah Teuku Umar dengan Cut Nyak Dien, diantaranya ada juga kisah Pangeran Antasari di Kalimantan, ataupun Pangeran Hasanuddin di Sulawesi. Semua mempunyai kisah-kisah menarik yang dapat membangkitkan semangat nasionalisme kita generasi saat ini. Bahkan perjuangannya sampai diteruskan hingga ke anak cucunya. Ada Gusti Zaleha, yang dikenal sebagai cucu perempuan dari Pangeran Antasari ataupun I Fatimah Daeng Takontu, putri dari Pangeran Hasanuddin.

Ada kisah unik bagi keluarga pejuang dari Maluku, adalah ketika Paulus Tiahahu berjuang bersama puterinya Christina Martha Tiahahu dalam pertempuran Ambon melawan Belanda pada tahun 1817. Kisah perjuangan ayah dan putrinya ini direkam sebagai kado ulang tahun Christina yang ke 17. Coba pembaca kompasiana renungi, pada usia sweet seventeen harapan apa yang kompasianer inginkan? Fyi, Christina justru memilih turut berperang sebagai kado ulang tahunnya.

Inspirasi keluarga pejuang pada fase perang kedaerahan, kemudian dijadikan orientasi juang bagi generasi selanjutnya. Khususnya pada masa Kebangkitan Nasional. Banyak diantara para tokoh perjuangan turut melibatkan keluarganya dalam berjuang. Baik dalam perjuangan fisik atau diplomatis. Ambilah contoh tokoh seperti Bung Karno, dimana ketika beliau ditahan di penjara Banceuy, Inggit Ginarsih sebagai istri beliau, senantiasa mendukung dalam upaya pembebasan Bung Karno.

Semua berkontribusi pada upaya perjuangan bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah. Tak ayal, pada masa pertempuran fisik, baik ketika berhadapan dengan Jepang, dan Belanda usai Proklamasi, banyak lahir inspirasi dari para keluarga pejuang. Khususnya pada masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Hal ini menjadi fenomena menarik yang pantas dan patut dipublikasikan sebagai upaya menambah khazanah kesejarahan bangsa.

Kita dapat ambil contoh dari keluarga Jenderal Soedirman, yang berjibaku lahir batin maupun materil untuk mendukung perang gerilya. Tentu banyak keluarga pejuang lainnya yang dapat diungkap. Tatkala seorang keluarga terpisah akibat tugas perjuangan, adalah fakta yang tidak dapat dipandang sebelah mata.

Sang ayah, sosok pejuang, biasanya sang istri pun turut berjuang, baik dalam kesertaannya pada PMI atau dapur umum. Begitupula dengan anaknya, resimen Tentara Pelajar, biasanya menjadi sarana perjuangan bagi anak-anak pejuang kala itu. Dapat dibayangkan tentu, ketika sang ayah bertugas bertempur di garis depan, sedangkan sang ibu berada di medan pertempuran, lain hal dengan sang anak, yang selalu bermain "kucing-kucingan" dengan penjajah, sebagai telik sandi.

Banyak diantara keluarga pejuang yang akhirnya gugur di medan pertempuran, dan tidak dapat kembali lagi berkumpul bersama keluarga di akhir laga. Belum lagi yang tertangkap atau hilang, semua adalah bagian kisah dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Bayangkan, kalau seandainya hal ini terjadi pada keluarga kita? Pada era perjuangan, pilihannya hanya dua, yakni turut terlibat dalam sejarah atau tidak, itu saja.

Inspirasi yang tentu saja sudah wajib kita tanamkan dalam diri sebagai generasi yang hidup pasca kemerdekaan. Perjuangan dan pengorbanan yang telah diberikan para pahlawan bangsa, sudah sewajarnya patut dihormati sebagai bagian dari generasi Pancasila. Akan lebih baik tentunya, kisah-kisah ini dapat diungkap dengan berbagai pendekatan literatif kesejarahan bagi kita semua. Ada cita-cita yang sejatinya dapat terus kita jaga bersama, yakni menjaga kemerdekaan bangsa Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun