Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perempuan Pejuang Itu Bernama Dewi Rohimah

25 Juli 2021   02:24 Diperbarui: 25 Juli 2021   02:28 1332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Peristiwa Bandung Lautan Api memberikan suatu prestasi untuk mengubah prespektif perjuangan yang didominasi oleh kaum laki-laki menjadi lebih objektif. Perempuan-perempuan di garis depan muncul sebagai wujud emansipasi yang hadir dalam sebuah organisasi kelaskaran bersenjata bernama LASWI.

Laskar Wanita Indonesia atau dikenal dengan LASWI ini dibentuk pada 12 Oktober 1945 di Societeit, Mardi Harjo oleh Sumarsih Subiyati, istri dari Arudji Kartawinata. Karena keberaniannya, mereka lantas dikenal sebagai "Maung Bikang" atau Harimau Wanita oleh para pejuang Republik.

Anggota ini terbentuk dari perempuan-perempuan muda, janda, atau ibu rumah tangga yang ikhlas lahir batin berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Semangat patriotismelah yang menggerakan hati mereka. Salah satu aksi heroik mereka terbukti dengan pengeboman di daerah Cicadas pada 14 Desember 1945.

Banyak yang gugur di medan laga, ya, tentu saja. Banyak yang kehialangan sanak saudaranya, sudah pasti. Apalagi kehilangan suami dan anak-anaknya tercinta, sudah jadi konsekuensi hidup bagi seorang pejuang perempuan.

Perempuan Pejuang Tanpa Tanda Jasa

Perempuan-perempuan pejuang itu telah abadi kisahnya. Ia hadir pada sebuah buku berjudul Seribu Wajah Perempuan Indonesia di Kancah Revolusi 1945, karya Irna H.N. Hadi Soewito. Ribuan pejuang itu tidak dapat ditemukan rekam jejaknya di pencarian internet. Kisah mereka laksana kabut malam yang pekat.

Sebutlah Dewi Rohimah, seorang laskar dari LASWI yang hadir pada kancah pertempuran Bandung Lautan Api. Bersama puluhan rekannya, ia terlibat dalam clash di sekitar perbatasan kota Bandung. Mereka tak gentar dalam menghadapi Belanda yang menginginkan kekuasaannya kembali di Indonesia.

Siasat pengosongan Kota Bandung menjadi alternatif terakhirnya tatkala sudah tidak mampu bertahan dalam gempuran musuh. Bumi hangus harus terus dilaksanakan, penghancuran kota menjadi target utama LASWI bersama pasukan TNI bersama laskar lainnya.

Disela pertempuran dan pengungsian, tak sedikit para perempuan menjadi korban. Terlebih ketika terdapat diantara mereka yang tengah hamil tua. Persalinan seadanya juga seringkali terjadi, walau hanya berbekal kulit bambu runcing untuk memotong ari-ari si bayi.

Dewi sering dipanggil sebagai Willy, karena suka berpenampilan layaknya lelaki. Hal ini dilakukannya agar selalu diterima ketika bertemu dengan pejuang lainnya.  Persoalan bertempur ia jagonya, dan sudah diakui kehebatannya secara langsung oleh para pejuang lainnya.

Membawa Pulang Kepala Prajurit Gurkha

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun