Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di Balik Eksotisme Nusa Barong Ada Semangat Kepahlawanan

13 Juli 2021   06:32 Diperbarui: 13 Juli 2021   06:34 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Merupakan salah satu pulau terluar di bagian selatan Indonesia. Pulau yang terletak di selatan Jawa Timur, Kabupaten Jember ini mepunyai daya pikat wisatawannya yang cukup tinggi. Baik wisatawan lokal ataupun internasional.

Bentang alamnya yang masih terjaga serta warna lautan yang membiru, menjadikan Nusa Barong dianggap oleh wisatawan sebagai surga tersembunyi di ujung selatan Pulau Jawa. Samudera Hindia yang membentang sebagai latarnya membuat siapapun yang hadir di pulau ini seolah tengah berada di ujung dunia.

Nama Nusa Barong memiliki arti pulau ular. Pulau yang dipercaya dihuni oleh siluman ular, dan seringkali meminta tumbal nyawa manusia bagi siapapun yang berani datang ke pulau tersebut.

Konon penyebutan Nusa Barong disertai cerita mistisnya sengaja disebarluaskan oleh para penduduk disana. Tatkala perlawanan terhadap VOC Belanda mulai bangkit di Banyuwangi.  Agar tidak ada bangsa asing yang berani menginjakkan kaki nya di pulau yang sarat akan sumber daya alamnya itu.

Pulau Nusa Barong ditetapkan sebagai lokasi cagar alam sejak tahun 1920 tatkala penduduk Nusa Barong memutuskan untuk mengakhiri perlawanannya terhadap Belanda. hingga pada tahun 1970 Pulau Nusa Barong ditinggalkan oleh penduduknya karena faktor kelangkaan sumber pangan dan air.

Sumber Daya Alam Pemikat VOC

Tiga tipe ekosistem yang ada di Nusa Barong menarik hasrat VOC untuk mengeksplorasi pulau ini sejak tahun 1700an. Tetapi meletusnya perlawanan rakyat Blambangan (Banyuwangi, Jember, Lumajang, Bondowoso dan Situbondo) membuat VOC menunda eksplorasi di alam Nusa Barong.

Pulau yang memiliki luas sekitar 1.361.146 hektar ini menyimpan hasil alam berupa sarang burung walet yang melimpah. Sejak masa Belanda, Nusa Barong menjadi sentra perdagangan obat-obatan tradisional berskala internasional. Wajar, apabila VOC ingin sekali memonopoli perekonomian di selatan Jawa.

Usai berakhirnya Perang Bayu pada tahun 1772, VOC yang berkeinginan menguasai penuh hasil sarang walet di Nusa Barong mulai melakukan blokade ekonomi. Para pedagang asing dikontrol untuk melakukan transasksi sarang walet.

Hingga pada 1779, Nusa Barong yang juga menjadi incaran para bajak laut, tiba-tiba dikosongkan oleh VOC. Mereka juga mulai melakukan pembakaran terhadap sarang-sarang walet yang tersebar diseluruh pulau. Pembakaran ini dilakukan guna menghalau para perompak yang mengganggu monopoli ekonomi VOC.

Alhasil, berharap dapat memperbaiki lagi ekosistem yang menghasilkan keuntungan, ternyata burung-burung walet justru enggan untuk kembali bersarang disana. Habitatnya telah dirusak, sudah tentu hasil yang adapun tidak sebaik sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun