Mohon tunggu...
Hendra Fahrizal
Hendra Fahrizal Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Certified Filmmaker and Script Writer.

Hendra Fahrizal, berdomisli di Banda Aceh. IG : @hendra_fahrizal Email : hendrafahrizal@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Benarkah Pesawat Pertama RI Sumbangan Rakyat Aceh?

13 November 2022   07:38 Diperbarui: 13 November 2022   07:54 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halim Perdanakusuma (paling kiri) di Lapangan Gadut, Agam, Sumbar, 1947.

Membaca berita tentang kemungkinan pailit Garuda Indonesia yang santer beberapa hari ini (artikel ini ditulis November 2021), membuat saya mengingat kembali frasa paling sering dijadikan kebanggaan orang Aceh, orang-orang di kampung saya, "Orang Aceh-lah yang pertama kali menyumbangkan pesawat untuk RI" atau "pesawat sumbangan orang Aceh adalah cikal bakal Garuda."


Saya harus katakan dua hal itu berbeda. Kalau pesawat bantuan rakyat Aceh jadi cikal bakal layanan komersil pertama (Garuda), itu benar. Tapi kalau dianggap sumbangan pesawat pertama, itu kurang tepat.


Di sebuah museum yang pernah saya kunjungi di Jogja, saya lupa namanya, lokasi di dekat Kraton, ada satu pojok yang memberikan penjelasan mengenai pesawat pertama milik AURI.


Soekarno mendapatkan bantuan emas (dan ada uang juga) dari rakyat Aceh --yang kemudian digunakan untuk membeli pesawat-- pada kunjungan beliau pada Juni 1948.


Setahun sebelumnya, 1947, terjadi Agresi Belanda I, dan saat itu Wakil Presiden Hatta sedang berada di Bukit Tinggi. Posisi saat itu, beberapa kota di Sumatera seperti Medan, Padang dan Palembang sudah diduduki Belanda. Dengan blokade jalur logistik oleh Belanda, membuat Hatta berpikir harus memiliki akses perjalanan udara. Oleh karena itu, pada September 1947, Hatta berhasil menghimpun bantuan dari masyarakat Minang, kampung halamannya sendiri dan berhasil mendapatkan 12 kilogram emas yang dipakai untuk membeli pesawat jenis Avro Anson. Pesawat bekas Perang Dunia II ini dibeli dari seorang warga negara Australia bernama Paul Keegan. 

Paul Keegan lalu meminta transaksi dilaksanakan di Thailand. Oleh karena itu, Keegan kemudian diantarkan --dengan pesawatnya sendiri-- oleh Iswahyudi dan Halim Perdanakusuma. Dalam perjalanan kembali dari Thailand, disinyalir karena cuaca buruk, pesawat ini jatuh diperairan Malaysia. Oleh karena itu, dalam riwayat hidup Halim dan Iswahyudi, mereka meninggal pada waktu yang sama, 14 Desember 1947. Era yang sama dengan proses pembelian pesawat Avro Anson ini, alias setahun lebih dulu dari pembelian pesawat Dakota sumbangan rakyat Aceh, yang baru tiba pada Oktober 1948.


Lalu kenapa banyak orang mengira bahwa pesawat pembelian rakyat Acehlah yang pertama?


Ini gara-gara masalah penamaan atau pemberian nomor registrasi. Dari 6 pesawat bantuan dari rakyat (Sumatera), pesawat Avro Anson, pesawat pertama yang dibeli dari sumbangan rakyat Minang, tidak dinamai berdasarkan nomor urut, tetapi dilompati langsung nomor registrasi RI-003. Pesawat kedua, dinamai RI-004. Baru kemudian sumbangan rakyat Aceh, pesawat berjenis Dakota, dinamai RI-001 dan RI-002. Disusul pesawat lainnya RI-005 dan RI-006. Sebagai catatan, Juni 1948 itu Soekarno tak hanya mengunjungi Aceh. Ia melakukan tur kunjungan ke banyak kota di Sumatera termasuk Bengkulu, Jambi dan Pekan Baru. Mereka semua menyumbang dana perjuangan, yang dikonversi hingga menjadi 6 pesawat itu.


Lalu mengapa nomor itu dilompati? Karena Soekarno tidak merencanakan pesawat Avro Anson sebagai pesawat kepresidenan. Dari bentuknya pun, Avro Anson tidak cocok jadi pesawat kepresidenan. Dan nomor RI-001, hanya akan disematkan kepada pesawat kepresidenan nanti. Dan pilihan itu jatuh ke pesawat Dakota bantuan rakyat Aceh.


Lalu mengapa RI-001 disebut cikal bakal Garuda Indonesia?


Ceritanya begini, dalam rangka overhaul atau perawatan mesin berkala, pesawat ini dibawa ke India pada Desember 1948. Sekaligus membawa 4 saudagar Aceh untuk merintis kerjasama perniagaan. Namun karena Desember terjadi Agresi II Belanda dan tidak aman membawa kembali pesawat tersebut ke Indonesia, maka kemudian muncul ide untuk memanfaatkan pesawat tersebut untuk layanan komersil. Negara yang dipilih adalah Birma (Myanmar), karena negara tersebut sedang membutuhkan banyak carteran pesawat untuk angkutan logistik dikarenakan tidak ada maskapai komersil yang melayani penerbangan di negara itu akibat adanya pemberontakan. Hasil operasional RI-001 ini kelak dapat membeli pesawat selanjutnya, yaitu RI-007 dan RI-008.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun