Mohon tunggu...
Hendra Fahrizal
Hendra Fahrizal Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Certified Filmmaker and Script Writer.

Hendra Fahrizal, berdomisli di Banda Aceh. IG : @hendra_fahrizal Email : hendrafahrizal@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Sore Puasa 25 Tahun Lalu

17 April 2021   16:28 Diperbarui: 17 April 2021   16:33 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

25 tahun yang lalu tak banyak rumah berbentuk komplek di Aceh. Biasanya rumah komplek di Aceh adalah rumah dinas pegawai sebuah kantor ataupun perumahan rakyat yang rumahnya itu dicicil. Jadi kalau misalnya --waktu itu saya siaran di radio-- ngomong buat kamu yang sedang jalan-jalan sore di komplek, itu adalah sebuah sapaan yang asing bagi orang. Sebenarnya penyiar radio itu hendak keren-kerenan, karena dia baru mendengar sampel siaran sore seorang penyiar Prambors Jakarta yang sedang menyapa kawula muda pendengarnya. Ya, Jakarta beda dengan Aceh.

Tapi, anak komplek yang ada di Aceh ya cakep-cakep. Sebisanya, kalau sore bulan Ramadhan seperti ini, anak-anak muda mulai mencuci dan mengelap motornya, biasanya motornya adalah Astrea Star atau Prima. Paling hebat mereka sudah mulai punya keluaran terbaru Astrea Grand. Maklum, leasing waktu itu belum ada. Satu-satunya cicilan motor yang berlaku adalah pembiayaan kredit motor untuk PNS aja. Dan, komplek yang jadi sasaran utama anak-anak muda Banda Aceh adalah, komplek BTN Keutapang sampai ke Meusara Agung. Itu adalah rute wajib dari rumah, kesana, lalu selesai dan pulang balik rumah. Selebihnya adalah melewati ruas jalan utama Banda Aceh, melihat cewek-cewek gemesin yang sedang jualan takjilan di pinggir jalan. Waktu itu, yang jualan lebih jadi produk dibanding produk yang dijual. Mereka anak-anak muda, kelas menengah hingga atas, yang juaan panganan berbuka hanya untuk mengisi waktu luang, yang kemudian 15 Ramadhan sudah close-the-door karena juga namanya jualan gak serius. 

Puasa hari ke empat saya keliling buat nyari takjilan, di ruas jalan Daud Beureueh, yang dulunya rame "golongan" penjual penjual panganan seperti yang diceritakan, tersebut sudah tak ada lagi. Yang berjualan memang adalah para pencari rejeki, bukan penongkrong.

Entah, kenapa, sewaktu hendak membeli rumah, saya minat sekali dengan rumah komplek. Pertimbangan pertama, di rumah komplek, semua orang adalah junior. Jadi tidak ada istilah asoe lhok (orang asli) dimana secara tersirat kita harus hormat sama orang itu. Saat ini, semua setara. Jadi kalau ada yang suka macam-macam, orang itu bisa kita lempar batu haha. 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun