Mohon tunggu...
Hendra Fahrizal
Hendra Fahrizal Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Certified Filmmaker and Script Writer.

Hendra Fahrizal, berdomisli di Banda Aceh. IG : @hendra_fahrizal Email : hendrafahrizal@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Youtube Now Same Like TV

15 Februari 2019   10:41 Diperbarui: 15 Februari 2019   11:10 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Setidaknya 5 tahun yang lalu, menonton Youtube itu menyenangkan, penuh informasi yang edukatif. Saking bermanfaatnya, Youtube diberi slogan tak resmi, "Youtube More than TV (Youtube lebih dari TV)." Setidaknya slogan ini terjadi karena 2 hal, Youtube memiliki fitur on-demand, kita bisa menonton hanya yang kita ingin tonton, dan kita tak terjejali dengan tayangan tak bermanfaat sebagaimana yang disajikan TV.
Karena itulah, pada sebuah skripsi, setelah berterimakasih pada Tuhan dan orang tua, seorang mahasiswa berterimakasih pada Youtube, baru kemudian kepada teman-temannya.
Tapi, seperti sosial media lain, manfaat itu kini bergeser, setidaknya dipengaruhi oleh buruknya selera masyarakat itu sendiri.
Beberapa waktu yang lalu, Atta Halilintar, dideklarasi diri sebagai Youtuber dengan followers terbanyak di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. 10 juta. Kontennya, --saya berusaha memahami segmentasi--, kaum muda memang mungkin menyenanginya. Tapi dari sisi edukatif, dari youtuber yang menyasar segmen sama, seharusnya Chandra Liow dan Raditya Dika mendapat apresiasi lebih baik dari dia, karena memiliki konten lebih berkualitas.
 Siapa yang bisa menandingi konten Youtube Malam Minggu Miko milik Radit, atau konten-konten sederhana namun sangat kreatif dari Chandra Liow?
Itu belum bicara konten lintas segmen, sebutlah yang terkenal-terkenal saja, seperti Narasi TV-nya Najwa Shihab dan beberapa channel lain.
Sebuah survey menyebutkan, bahwa konten Youtube kini memiliki kelas rating persis sama seperti TV, yaitu, channel yang berisi konten nyeleneh memiliki penonton terbanyak, disusul konten gosip, konten musik, dan baru kemudian konten informatif edukatif.
Darisana, para pencari duit adsense berlomba-lomba membuat konten serupa, karena paham, paling dicari, sehingga akhirnya, judul klik-bait, thumbnail menjebak dan judul penuh propaganda, berseliweran di beranda Youtube kita. Artinya, Youtube kini persis sama dengan TV.
Saya merasakan itu beberapa tahun lalu, ketika dari 10 video trending di Youtube, 6 diisi oleh video tentang Lucinta Luna. Bangke.
Akhirnya "ketidakadilan" ini membuat resah para Youtuber berkualitas yang harus rela 'prestasi' dan 'apresiasi' yang seharusnya milik mereka, direbut oleh Youtuber kelas rendahan namun membuat konten yang disukai oleh masyarakat Indonesia yang pada dasarnya berselera murahan. 
Mereka, yang dalam membuat konten, memulai produksi video dengan pra produksi, dikalahkan oleh seorang Youtuber yang pasang kamera, rekam, lalu joget. 
Youtube now same like TV.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun