Mohon tunggu...
Hendra Fahrizal
Hendra Fahrizal Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Certified Filmmaker and Script Writer.

Hendra Fahrizal, berdomisli di Banda Aceh. IG : @hendra_fahrizal Email : hendrafahrizal@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Isu PKI di 2017 Ini Dihembus Sebuah Gerakan Hantu

29 September 2017   12:40 Diperbarui: 29 September 2017   13:03 970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebagai penikmat sejarah, saya selalu mengikuti isu PKI sejak lama. Menonton filmnya berkali-kali atau mengikuti setiap edisi khusus majalah Tempo yang mengupas hal-hal yang luput tersaji selama ini.

Biasanya, isu PKI hanya ramai menjelang tanggal atau pada tanggal 30 September saja.

Tapi tidak tahun ini.

Sulit untuk memungkiri bahwa rame-rame soal PKI yang nyaris mengisi seluruh tanggal di bulan September ini, terjadi tanpa digerakkan oleh sebuah "gerakan hantu" dengan tujuan tertentu.

Melihat kasus Saracen yang terbongkar, hampir pasti ada kekuatan buzzer bin bokir yang dengan sengaja menghembuskan isu ini jauh-jauh hari. Hal ini dapat dilihat dari mengapa isu ini dihembus sejak awal September. Tujuannya, agar buzzer itu punya waktu yang cukup mendapatkan goal dari isu ini. Apa goalnya? Bisa jadi macam-macam tergantung pemesan, demi sebuah tujuan yang relevan. Bisa jadi untuk mengaburkan kasus korupsi yang sedang hangat, atau untuk hal yang paling mudah ditangkap, mengacaukan stabilitas keamanan dan politik negeri dalam konteks 2019, demi menimbulkan mosi tidak percaya pemerintahan Jokowi agar rakyat tak percaya lagi padanya.

Sebenarnya soal PKI ini sudah selesai sejak lama. Pada 2003, keluarga para jenderal dan keturunan PKI telah berekonsiliasi menyelesaikan kejadian 1965 dengan mengembalikan segala dendam dan ganjalan hati ke kertas putih kosong. Mereka sama-sama memahami bahwa ada banyak polemik seputar kejadian 1965 (dan dipertegas dengan filmnya), bahwa kejadian 1965 itu ibarat skema politik, tak bisa dibaca hanya dipermukaan. Hanya Soeharto, Soekarno dan orang-orang Politibiro PKI yang terlanjur lebih dulu dieksekusi tanpa proses pengadilan dan kini mereka telah diliang kubur, tak dapat bersaksi lagi. Kini hal tersebut telah ditutup dan menjadi bagian sebuah catatan sejarah bangsa ini. Titik.

Hal tersebut juga dapat kita lihat dari statement para keturunan pahlawan revolusi diberagam tayangan dan kutipan media ditahun 2017 ini, semua memberikan statement yang menyejukkan, tak ada lagi sesuatu yang mengganjal, semua telah terjadi, selesai.

Lalu, kenapa kita malah ramai?

Karena ada yang memancing di air keruh. Memanfaatkan ketidakdewasaan para pengguna sosial media dalam menyikapi sesuatu dan diperparah dengan begitu mudahnya mereka terpancing polemik, isu ini ramai lagi. Ramai hingga mengalahkan logika saya, kenapa di rentang waktu puluhan tahun telah terjadi, hal ini semakin ramai dibahas, seakan kejadian 65 baru terjadi 3 bulan lalu.

Beberapa orang yang getol membahas kasus ini adalah akun palsu, dan yang tersulut adalah kaum primordialis yang kerjanya memang marah-marah. Pengguna sosial di kelas lainnya, terlihat adem ayem saja, sebagian lain mencoba menenangkan atau bersikap netral dengan menyebut komunis (bukan PKI, karena komunis berbeda dengan PKI) adalah ideologi yang sudah mati dan tak perlu dikhawatirkan bangkit lagi.

Sebagian lain menunjuk-nunjuk kebangkitan PKI, tapi rada bingung arah nunjuknya kemana?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun