Mohon tunggu...
Hendra Fahrizal
Hendra Fahrizal Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Certified Filmmaker and Script Writer.

Hendra Fahrizal, berdomisli di Banda Aceh. IG : @hendra_fahrizal Email : hendrafahrizal@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Cerita Seorang Bapak: Ikut Program Bayi Tabung dengan Dokter Binarwan Halim

11 Mei 2018   23:30 Diperbarui: 29 September 2020   00:15 43881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kami menjalani proses mengkonsumsi obat ini selama 3 bulan, setiap obat ditebus per bulan. Setelah 3 bulan berjalan tak ada perkembangan positif, selepas lebaran pada Juli 2017 lalu kami memutuskan untuk meningkatkan program hamil ke tahap ke lebih tinggi, yaitu inseminasi. Dokter juga menyarankan demikian.

Apa itu inseminasi? Saya jelaskan secara naratif saja ya, sperma saya diambil, lalu dibantu untuk disuntikkan menuju sel telur menggunakan kateter. Dengan proses penyuntikan sedekat-dekatnya dengan sel telur, maka dianggap sperma akan langsung segera bertemu sel telur. Itulah anggapan saya sebagai orang awam mendengar penjelasan dokter.

Pada tahap inseminasi,  istri saya lebih dahulu disuntik hormon. Suntikan ini dilakukan sebanyak 7 kali selama 7 hari. Satu suntikan per hari. Karena berada di luar kota, kami boleh menyuntik sendiri di rumah, kecuali suntikan pertama dan terakhir wajib dilakukan oleh perawat di Medan. Suntik hormon ini berguna untuk memperbesar sel telur dalam rahim istri. Dengan pembesaran sel telur, maka sel telur lebih mudah berjumpa sperma dan mudah dibuahi.

Setelah selesai acara suntik menyuntik itu, pada jadwal yang telah ditentukan, kami kembali ke klinik untuk dicek pemeriksaan sel telur tersebut. Ternyata, istri saya memiliki 8 sel telur besar. Kata perawat, itu jumlah yang relatif banyak dan bagus. Lalu perawat menyarankan agar kami skip (melompati) proses inseminasi ini. Langsung ke bayi tabung.

Kenapa demikian?

Ada dua alasan.

Pertama, agar mudah dikontrol. Proses inseminasi tak dapat dikontrol karena proses pembuahan dilakukan di dalam rahim secara alami. Dengan kondisi 8 sel telur besar itu, bila rezeki, bila rejeki nih ya, maka bila banyak sekali sel telur terbuahi, maka otomatis akan menjadi embrio dan sulit untuk berkembang. Misalnya, 5 sel telur jadi embrio, ya jelas tidak mungkin ada kembar lima dan  berbahaya. 

Kedua, dengan proses bayi tabung, pengontrolan lebih mudah. Sel telur itu, kedelapannya akan diangkat dan dibuahi di luar (dalam tabung). Lalu, setelah disatukan dengan sperma, nanti akan dilihat mana yang berhasil jadi embrio. Sebutlah, seluruhnya berhasil menjadi embrio (walaupun biasanya ada pula yang gagal beberapa atau seluruhnya), maka hanya sebagian embrio itu yang akan ditanam kembali dalam rahim, misalnya 3 saja. Dengan asumsi, mungkin 1 atau 2 embrio gagal berkembang menjadi janin, maka masih ada 1 embrio lagi yang bertahan. Bila ketiganya gagal, maka saya dan istri masih memiliki stok 5 embrio lagi yang dibekukan di tempat khusus. Jadi tidak terbuang percuma sebagaimana ensiminasi. Karena yang harus diingat, memperoleh embrio sehat itu tidak mudah.

Tempat pembekuan embrio ini biayanya sebesar 100 ribu per bulan.

Namun bila salah satu dari 3 embrio ini berhasil, maka 5 embrio lain yang dibekukan itu bisa digunakan untuk program hamil ke depannya jika berniat menambah anak lagi. Karena, setelah berhasil memperoleh 8 sel telur, belum tentu istri saya akan kembali mendapatkan sel telur sebanyak ini lagi, dengan alasan usia. Semakin tua usia seseorang, semakin sedikit sel telur dan kesehatan sel telurnya.

Anyway istri saya berusia 30 tahun saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun