Mohon tunggu...
Money

Menilai Keunikan Kamu! (Bagian 1)

7 Mei 2015   17:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:16 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah hampir 5 tahun bergelut di dunia SDM. Itu yg formal, pake embel-embel … (baca: titik-titik) SDM : Officer SDM, Supervisor SDM, Senior Asisten Manajer SDM sampe Manager SDM. Kalo bergelut di dunia Pengembangan SDM “informal” udah sejak SMA. Sering diminta ngisi training-traningan. :D. Udah passion. Asik aja. Menikmati dari dalam lubuk hati. #azek. Sepanjang saya bergelut di dunia SDM, satu yg ga bs saya kuantifikasi pasti, yaitu kamu, iya kamu, SDM. Sebelum pembahasan saya lanjutkan, jika ada diantara kamu yg lulusan Psikologi, mungkin bisa menambahkan atau bahkan merevisi, monggo.

Oke, lanjut ya. Manusia itu unik. Seperti fenomena gunung es. Tau gunung es kan ya? Itu looh yg dianggap remeh Leonardo Decaprio (bener ga sih tulisannya? :D) dkk. Tampak kecil dipermukaan tp besar dibawah nya. Pas ditabrak, bukan gunung es nya yg hancur, malah kapal yg mengalah menjadi keping. Ada istilah Titanic Syndrome jg, merasa besar, “sombong”, tp tiba-tiba hancur tenggelam dg segala “kesombongan” dan kemegahannya. Nanti kita bahas pada kesempatan yg berbeda.

Balik ke SDM, manusia. Manusia itu ibarat gunung es, yg tampak dipermukaan hanya sebagian kecil dr apa yg ada dibawahnya. Maka benar, jika dulu, ada gombalan, “Ingin ku selami hati mu, mencari butir-butir mutiara cinta”. Tanpa menyelami nya, mustahil kita bs mengenal seseorang secara utuh. Sejauh mana dalam nya dasar “hati” manusia, tidak ada yg tahu. Sedalam-dalam nya samudera di dunia, lbh dalam “hati” manusia. Namun, apakah benar kita bs “menyelami” manusia?

Jika “dipermukaan” manusia kita melihat perilaku, attitude, kemampuan berkomunikasi, mengambil keputusan, dll. Maka di bawah “permukaannya” kita mengenal values, mindset, beliefs, dll. Di atas permukaan bekerja otak sadar atau biasa disebut conscious mind, dibawah permukaan bekerja unconscious mind (ada yg membagi 2 : subconscious mind dan unconscious mind).

Disinilah unik nya. Sejauh ini, manusia hanya bisa “diukur” dr perilaku nya, perilaku-perilaku yg muncul ke “permukaan” manusia. Untuk mengenal dalam nya manusia, kita mengandalkan permukaannya. Disaat ada orang yg begitu mengenal seseorang seakan dia mengenal dalam nya orang itu, sesungguhnya dia mengenal dalam nya orang tsb dari begitu intensif nya dia berinteraksi dan melihat perilaku orang tsb, dari sanalah mereka menyimpulkan, bukan dia masuk ke dalam nya manusia. Perusahaan-perusahan besar seperti Unilever Indonesia, sudah meninggalkan tes kepribadian, yg katanya untuk mengenal seseorang lebih dalam. Mereka mengandalkan perilaku, perilakulah yg dibandingkan, antara yg seharusnya terjadi dengan yg terdapat pada seseorang. Perilaku hari ini, menggambar kemungkinan potensi perilaku yg akan datang. Kan perilaku bs berubah? Iya tp lama, yg muncul dipermukaan itu adalah cerminan dr mindset kita. Perilakunya mudah berubah, bahkan suka berubah-ubah, tp saya yakin disaat mindsetnya tidak berubah, dia akan kembali ke perilaku awal sesuai mindsetnya. Perubahan perilaku, tanpa perubahan mindset, adalah perubahan yg semu atau sesaat.

Banyak metode atau cara untuk menilai SDM dg berbasis perilaku. Ada istilah Behaviour Event Interview (BEI). BEI adalah metode wawancara untuk melihat perilaku seseorang pada kondisi-kondisi tertentu, tergantung hal atau kompetensi apa yg mau kita nilai. Semuanya berdasarkan pada pengalaman atau peristiwa yg sudah terjadi, alami atau lakukan oleh orang tsb. Misal ingin melihat kompetensi Kepemimpinan. Pertanyaan awal nya harus, “apakah anda pernah memimpin sebuat Tim, Kepanitian, atau Organisasi?” Jika jawaban nya sudah, lanjut ke pertanyaan berikutnya. Jika belum, BEI tidak bs digunakan. Sekali lagi, BEI adalah proses wawancara dg pertanyaan yg terstruktur untuk melihat perilaku-perilaku yg muncul dimasa lalu saat seseorang menjadi atau mengalami sesuatu (tergantung hal yg akan diukur), bukan perilaku yg seharusnya terjadi.

Sekali lagi, manusia itu dalam, lbh dalam dr dasar samudera manapun. Kalo kata Om Malcolm Gladwell dalam buku nya “Blink : Berpikir tanpa Berpikir”, bawah sadar / bawah permukaan manusia akan terus terkunci. Disaat kita mencoba membuka dan menganalisanya, kita hanya akan mendapatkan kebingungan disana. Kita saja tidak bs mendalami siapa kita, bagaimana orang lain. Bawah sadar bekerja dg caranya sendiri. Dia mempola apa-apa yg masuk. Kebaikan yg masuk, maka dia akan bertemu dg fitrah “nurani” yg dititipkan, jd lah kebaikan. Jika tidak, dia akan menutup nurani, jd lah keburukan. Tergantung apa atau input apa yg dipola oleh bawah sadar.

“Bang Ege.. Bang Ege, koq setiap kata hati di kasih tanda petik (“hati”)? Nah, bicara keunikan kamu, kita akan bicara keunikan hati. Apakah benar “dr mata turun ke hati”, atau malah “naik k otak”? Penasaran? Penasaran aja atau penasaran bangeeet? Bener? #pengenDigebok. Nantikan bahasan ringan selanjutnya. (Bersambung…)

diskusi : @HendraEG

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun