Mohon tunggu...
HENDRA BUDIMAN
HENDRA BUDIMAN Mohon Tunggu... Freelancer - Swasta

Setiap tempat adalah sekolah, semua orang adalah guru

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengapa Teroris Menyerang Spanyol?

19 Agustus 2017   02:31 Diperbarui: 19 Agustus 2017   03:37 1344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kembali Spanyol mendapat serangan teroris, setelah peristiwa besar yang terjadi pada Maret 2004 lalu. Serangan di Barcelona yang menyebabkan 13 orang tewas dan lebih dari 100 orang terluka. Peristiwa lainnya terjadi dalam waktu sesudahnya di kota pantai Cambrils dan ledakan rumah di pantai Alcanar.  ISIS sudah mengumumkan sebagai pihak yang bertanggungjawab. Sayap media ISIS, Amaq, mengatakan bahwa pelaku serangan Barcelona adalah "tentara Negara Islam".

Peristiwa "van Barcelona" terjadi di tengah kerumunan wisatawan di jalan Las Ramblas. Atas persitiwa itu 80 orang dibawa kerumah sakit. Salah seorang korban, Julian Cadman berusia tujuh tahun berkebangsaan Australia. Sementara ibunya terluka parah. Di peristiwa Cambrils, enam orang ditembak mati (salah satunya perempuan). Dalam baku tembak dengan polisi, para pelaku mengenakan sabuk bom bunuh diri palsu.

Kepolisian setempat telah menetapkan dua orang tersangka, yang salah satunya dari Maroko. Polisi masih mencari Moussa Oukabir (17 tahun). Moussa Oukabir menggunakan dokumen saudaranya untuk menyewa van yang menabrak orang-orang di jalan raya yang terkenal itu.

Serangan teror yang terjadi pada 16 Agustus 2017 di Barcelona mengingatkan kembali pada peristiwa di Madrid 11 Maret 2004. Setelah peristiwa serangan bom Madrid 2004, beberapa analis Spanyol memprediksi bahwa serangan dari kaum teroris atas Spanyol tidak akan berhenti. Spanyol akan terus mengalami serangan. Salah satu analis yang memperkirakan hal itu adalah Javier Jordan.

Javier Jordan adalah seorang profesor di Universitas Granada, Spanyol. Bersama dengan Nicola Horsburg (dari International Policy Institute King's College London), mereka menulis satu paper berjudul "Mapping Jihadist Terrorism In Spain". Paper itu merupakan bagian dari buku terbitan Sage Publication berjudul " Terrorisme  in Prespective (2008)".  Kertas kerja yang merupakan hasil riset itu, kemudian oleh Javier Jordan direvisi ulang dalam paper berjudul "The Evolution of the Structure of Jihadist Terrorism in Western Europe: the Case of Spain" (2014).

Hasil riset yang dilakukan tahun 2008 dan diperbaharui tahun 2014 itu, Javier menyimpulkan bahwa Spanyol akan terus menjadi target dari serangan teror kelompok Islam radikal. Ada tiga alasan yang mendasarinya:

Pertama, tetap masih ada argumen historis yang merujuk pada kejayaan Al-Andalus di masa kejayaan kekhalifahan Ummayyah. Saat Thariq bin Ziyad (orang Spanyol menyebutnya Taric el Tuerto [Taric yang memiliki satu mata]) yang menaklukan Al-Andalus (wilayah yang mencakup Spanyol, Portugal, Gibraltar) pada 711 M. Bahwa Spanyol adalah tanah milik Thariq bin Ziyad, dan dikuasi sejak 711 hingga 1492M. Namun kemudian wilayah Semenanjung Liberia ini direbut kembali (reconquista) dalam perang salib. Kekalahan pengusa Muslim kemudian diikuti oleh pengusiran terhadap kaum muslim dari Spanyol. Meskipun motivasi ini bukan yang utama, namun argumen historis ini telah menjadi pijakan tindakan pengambilalihan kekuasaan dengan kekerasan.

Kedua, motif balas dendam. Satu bentuk motif umum yang mendorong lahirnya serangan teror termasuk oleh kelompok-kelompok teroris di luar Islam radikal. Dalam konteks Spanyol, keluarga dan jaringan yang terkait dengan peristiwa di Legans. Peristiwa di Legans terhubung dengan serangan bom di kereta pada 11 Maret 2004 yang menyebabkan 191 orang tewas dam 1.400 luka-luka. Polisi kemudian menemukan jaringan teroris di sebuah apartemen di Legans, sebuah kota dekat Madrid. Setelah terjadi baku tembak dan jam pengepungan, para teroris memicu bom bunuh diri. Tujuh orang tewas ditempat termasuk seorang perempuan bernama Naima Oulad Akcha. Oleh kalangan radikal, peristiwa bom bunuh diri itu menjadi simbol dari "martir Eropa". Dan sejak awal polisi sudah menduga, peristiwa ini akan memicu balas dendam.

Ketiga, meskipun pemerintah sosialis (Partido Socialista Obrero Espaol) telah melepaskan diri dari Washington mengenai Irak, Spanyol terap terus berkontribusi terhadap perang melawan teror dengan meningkatkan militernya. Pada 2005, tentara Spanyol yang dikirim ke Afghanistan berjumlah lebih dari 1.100 pasukan. Country Reports on Terrorism 2016 yang diterbitkan United States Department of State Publication tahun 2017 menyebutkan bahwa Spanyol telah menjadi kontributor penting bagi koalisi Global untuk mengalahkan ISIS sejak awal. Spanyol memiliki misi pelatihan militer di Irak dengan menempatkan dari 300 personil Spanyol ditempatkan pada tahun 2016. Kebijakan pemerintah Spanyol itu pada dasarnya ditentang oleh masyarakat.  Jajak pendapat survei yang dilakukan pada saat keterlibatan Spanyol dalam koalisi perang di Irak mengungkapkan bahwa sebagian besar penduduk Spanyol menentang keputusan pemerintah tersebut.  Menurut jajak pendapat survei Gallup yang dilakukan pada 17-26 Februari 2004, hanya 20% responden setuju dengan kehadiran tentara Spanyol di Irak.

Diluar tiga alasan di atas tentang motivasi Jihadis untuk menyerang Spanyol, variabel imigran turut juga mempengaruhinya. Meningkatnya jumlah imigran, khususnya yang datang dari Maroko. Dan diprediksi akan terus bertambah dari tahun ke tahun. Hal ini karena pasar tenaga kerja Maroko tidak mampu menampung lebih dari sembilan juta orang muda ke dalam angkatan kerja. Dengan demikian banyak orang cenderung memilih imigrasi. Sebagai catatan pendapatan per kapita di Maroko sekitar 4.000 dolar. Sementra di Spanyol mencapai 22.000 dolar.Di banyak negara Barat, Jihadis  muncul dari komunitas imigran Muslim.

Kemudian, tidak terciptanya integrasi imigran dan penduduk lokal dengan baik. Masih kuat streotype bahwa kalangan imigran adalah kaum marginal, perilaku antisosial, miskin dan tenggelam dalam dunia kejahatan. Hal ini juga mendorong prasangka negatif terhadap kaum imigran khususnya dari Maroko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun