Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar Berbagi Kisah Kasih (Natal)

11 Desember 2021   20:01 Diperbarui: 11 Desember 2021   20:06 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berkerja dan melayani sesama (foto: dok. pribadi)

Hampir dua tahun pandemi melanda. Sejauh ini ada banyak kisah suka dan duka yang telah terjadi.

Mulai dari pembatasan interaksi sosial, orang menjadi "berjarak". Tak gampang lagi bersentuhan secara fisik walaupun itu sebatas bersalaman, bergandengan tangan dan aktivitas fisik tanda persahabatan dan kedekatan.

Ada perubahan ritme dan rutinitas pekerjaan. Ada usaha yang terjatuh dan akhirnya bangkrut. Ada yang berjalan tertatih-tatih. Ada yang terus bergerak walaupun tak sekencang dahulu.

Ada yang beralih pekerjaan di rumah saja. Work from Ofiice (WFO) ke Work of Home (WFH). Ada yang terpaksa dirumahkan. Ada yang terpaksa banting setir usaha demi tetap bisa bertahan.

Demikian juga dengan pendidikan. Dari jenjang pendidikan dasar hingga tinggi mengalami perubahan besar. Tenaga pendidik konvensional ditumtut untuk bisa sanggup beralih ke dunia digital. Demikian dengan para murid, terpaksa menerima kondisi belajar tanpa tatap muka.

Kabar duka pernah terjadi secara beruntun kala grafik penderita atau mereka yang tertapar Covid-19 melonjak tajam. Tapi pun juga disyukuri buat mereka yang lolos dari ancaman kematian. Sembuh dari penyakit global abad ke-21.

Pandemi belum usai, namun aksi sosial tetap dilakukan dengan standar
Pandemi belum usai, namun aksi sosial tetap dilakukan dengan standar "Prokes" (foto: dok. pribadi)

Tetap Waspada dan Bersyukur

Di tengah gonjang-ganjing internasional dengan varian baru Covid-19 semacam Delta dan Omicron yang terbaru, Indonesia tentu bisa sedikit bernafas lebih lega. Kasusnya hingga akhir tahun ini bisa melandai. Salah satunya barangkali karena masifnya vaksin yang dilaksanakan.

Bukan berarti vaksin menjadi satu-satunya penangkal virus. Tetapi paling tidak memberikan proteksi yang lebih baik ketimbang yang belum mendapatkannya. Seperti cerita salah seorang kawan. Orang tuanya punya komorbid (penyakit penyerta), sudah dua kali vaksin. Tetapi entah dari mana kena juga. Waktu itu masih puncak-puncaknya, sekitar bulan Juli. "Puji Tuhan sembuh, padahal orang tua saya sudah 80-an."

Tentu kabar baik itu berbeda tatkala pada keluarga yang berbeda, 3 orang sekaligus akhirnya pulang kembali kepada Sang Pencipta. Ibu dan dua anaknya terpapar. Si ibu berpulang duluan, lalu disusul dengan anak yang lebih tua. Kondisi anak yang lebih muda sebenarnya agak membaik. Namun jadi drop dan menyusu berpulang, karena bocornya informasi yang mengatakan kakaknya sudah meninggal dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun