Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Demo Upah

22 November 2021   17:00 Diperbarui: 22 November 2021   17:00 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demo menolak upah murah (sumber: economy.okezone.com)

Dema demo melulu
Tak tahu malu
Cobalah lihat sekelilingmu
Mereka yang tak seberuntung nasibmu

Kau sudah mendapatkan jabatan dan pekerjaan mapan
Tapi setiap tahun kau masih saja merasa kurang kalau gajian
Apalagi saat-saat penetapan UMR, UMP, UMK;  kau berada di barisan depan
Selalu saja kaukatakan jumlah ini masih belum sesuai harapan

Cobalah kautengok mereka yang bekerja serabutan
Cobalah lihat para pekerja independen yang tak punya jadwal tetap seharian
Mereka juga bekerja, sama denganmu; hanya berbeda di jenis pekerjaan dan seragam pakaian
Mereka lebih tegar darimu, yang sering bilang. "Kami bukan robot, ini penindasan!"

Pabrikmu, perusahaan tempat kaubekerja kalau sampai gulung tikar, bagaimana?
Apa kau tak pernah terpikirkan hal itu terjadi secara nyata?
Mereka sudah enggan melangsungkan pekerjaannya akibat terus mendapat tekanan dari buruhnya
Apalagi di saat pandemi melanda, harus pandai-pandai menyiasati tantangan dan peluang yang ada

Managemen perusahaan tidak gampang untuk mengelola itu semua
Jangan anggap ringan hingga kau seenaknya meminta kenaikan upah tinggi setiap tahunnya
Bersyukurlah walau tahun depan kenaikan upahnya cuma satu persen saja
Harusnya kautetap bisa menerimanya dengan lapang dada

Kauboleh meminta, menuntut hak apabila memang perusahaanmu tak berperikemanusiaan
Membuat jam kerja dan menuntut beban kerja di luar batas kewajaran menurut peraturan
Kau boleh melakukan demo, mogok kerja, lockdown, hingga KKB dan SPK yang ada tertulis itu secara jelas dapat dilaksanakan
Kewajiban sudah dikerjakan, hak tidak diberikan; saatnya ambil tindakan, bukanlah sebuah pelanggaran

Ketika proses negosiasi, jalan damai menjadi buntu
Ketika dialog tak lagi mendapatkan titik temu
Mediasi, lewat bantuan pihak ketiga pun juga tak bisa menghasilkan sesuatu
Bolehlah saatnya menyampaikan segala keluh kesah dan aspirasimu

Mendapatkan keadilan bukan sesuatu yang salah
Namun jika demomu mengganggu aktivitas dan merampas hak pihak lainnya, itu juga membuat masalah
Jangan hanya karena ingin memenangkan egomu, membuat orang lain menjadi resah
Bukannya mendukungmu, mereka justru kehilangan respek dan akhirnya membuat pamormu jadi musnah

Ubahlah cara pandangmu yang menganggap kenaikan upah yang minim sebagai bentuk kesewenangan
Jika kau merasa harga dirimu tak pantas diberikan standar yang tidak elegan
Kenapa tidak menjadi pengusaha baru saja, jangan terus terpatri, "Aku seorang buruh, butuh kehidupan yang mapan!"
Walaupun hasil tak seberapa, namun bisa menjadi bos dari "perusahaan" sendiri yang didirikan

Jika tak mau, atur ulang pola pendapatan dan pengeluaran
Agar berapapun nominal yang diperoleh. kelak tak akan menjadi batu sandungan
Bisa bekerja adalah sebuah kenikmatan, jangan sampai tersia-siakan
Hiduplah dengan ke-"cukup"-an, bukan ke-"mewah"-an; karena itu sebuah kenikmatan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun