Jika si anak bisa belajar mandiri, mengikuti PJJ dengan baik, orangtua tak terlalu cemas. Namun jika kemudian orangtua juga dituntut untuk bisa mengikuti alur proses belajar mengajar (PBM) anak, sewaktu-waktu orangtua bisa menjadi kehilangan kesabaran. Ia bisa saja melakukan kekerasan verbal atau fisik sebagai pelampiasan karena kejengkelannya.
Sekolah Lagi
Pembukaan kelas tatap muka, bagaimanapun juga tetap akan dilaksanakan. Masa pandemi Covid-19 tak tahu sampai kapan berakhirnya. Namanya virus, ia akan tetap ada. Jadi tak mungkin selamanya mengandalkan PJJ.
Ada ketakutan tertular, itu wajar. Tapi memperpanjang terus, juga bukan solusi ideal. Tentu saja untuk menerima "kebiasaan baru" ke depan ini, menerapkan protokol kesehatan yang baik dan konsisten, tak bisa dihindari.
Semoga saja, pandemi ini bisa segera berlalu. Mau tak mau diterima kalau ia memang akan menjadi penyakit endemi. Seperti wabah virus flu yang mematikan di era 1918-1920, yang kini juga jadi penyakit biasa. Cepat atau lambat, kita akan berdamai dengan dengan beragam varian yang ada.
Rasanya lebih senang melihat anak-anak bisa bersenda gurau dengan pakaian seragam sekolahnya. Melihat mereka bersemangat belajar bersama kembali di sekolahnya.Â
Demikian juga dengan orangtua yang bisa merasa lebih lega. Beban psikologis karena tak harus setiap hari beradu mulut dengan si anak supaya bisa belajar dengan baik.Â
Namun bukan berarti, penyerahan anak di sekolah ini menjadikan peran orangtua sebagai guru sejati di rumah (keluarga) menjadi tergantikan. Semua tetap kembali kepada porsi masing-masing. Pendidikan di sekolah dan di rumah, sama-sama pentingnya.
20 September 2021
Hendra Setiawan
Â