Cerita curhat semacam ini temannya banyak. Bukan satu dua orang yang mengalami. Tapi, mau bagaimana lagi, kalau ini menjadi alternatifnya supaya anak tetap bisa sekolah.
Efek Kelamaan Daring
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), Pembelajaran Online (Daring), merupakan kegiatan belajar mengajar (KBM) yang diterapkan pada masa pandemi Covid-19. Lamanya masa belajar sejak Maret 2020 itu ditengarai memiiki efek negatif jika terus dilakukan. Mendikbudristek, Nadiem Makarim menyebutnya sebagai "learning loss."
Kurangnya interaksi langsung antara guru dan murid pada Pertemuan Tatap Muka (PTM) berisiko pada kesehatan mental. Begitupun dengan proses tumbuh kembang anak dan faktor psikologis.
Dampak buruk yang bisa dijumpai selama PJJ alias daring yang dialami antara lain adalah sebagai berikut.
1. Pemahaman Pelajaran
Belajar daring yang meskipun lama waktunya tak sepanjang tatap muka, tentu memengaruhi daya serap anak didik terhadap pemberian materi ajar yang diberikan guru. Tak bisa maksimal hasilnya.
Kalau tatap muka langsung, guru dan murid bisa berinteraksi langsung jika ada kesulitan pemahaman. Kalau belajar daring, bisa karena segan, ragu, atau malu, maka tidak ada pertanyaan yang muncul. Dianggap sudah mengerti atau memahaminya.
Hal ini belum ditambah jika terkendala masalah teknis jaringan internet atau karena perangkat gadget yang kurang memadai. Masalahnya jadi bertambah. Bisa membuat nilai secara akademis anak mengalami penurunan.
2. Malas dan Ketergantungan
Ini yang banyak dialami oleh anak dan orangtua. Memang, orang tua adalah guru yang terbaik. Kedekatan anak dan orang tua sangat penting. Namun dengan adanya PJJ, yang namanya PR (pekerjaan rumah) murid tak jarang menjadi PR orang tua. Si murid bukan menjadi yang utama atau dominan dalam menyelesaikan PR-nya sendiri.